Pembelajaran SAINS

PENGANTAR DALAM PEMBELAJARAN SAINS

Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang. demikian halnya dengan Indonesia menaruh harapan besar terhadap pendidikan dalam perkembangan masa depan bangsa ini, karena dari sanalah tunas muda harapan bangsa sebagai generasi penerus dibentuk. Pendidikan bagi Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan perkembangan zaman.[1] Meski diakui bahwa pendidikan adalah investasi besar jangka panjang yang harus ditata, disiapkan dan diberikan sarana maupun prasarananya dalam arti modal material yang cukup besar, tetapi sampai saat ini Indonesia masih berkutat pada problemmatika ( permasalahan ) klasik dalam hal ini yaitu kualitas pendidikan. Problematika ini
setelah dicoba untuk dicari akar permasalahannya adalah bagaikan sebuah mata rantai yang melingkar dan tidak tahu darimana mesti harus diawali dengan persaingan yang semakin ketat, penguasaan sains dan teknologi adalah sesuatu yang mutlak diperlukan. Berbagai kebijakan telah dilakukan Pemerintah Indonesia dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dan sumber daya manusia, misalnya penyempurnaan kurikulum, perbaikan sarana dan prasarana, penataran, serta pelatihan. Namun demikian, dari hasil belajar siswa ditingkat Sekolah Dasasr (SD)/ Madrasah Ibtidaiyah (MI) masih sangat kurang khususnya mata pelajaran Sains. Saat ini banyak siswa yang mengeluh dalam upaya menerima mata pelajaran Sains. Mereka merasa kurang berkenan, bosan, dan kurang puas. Dalam pendidikan formal, sains diajarkan sejak di jenjang SD/MI, yang memberikan pemahaman bahwa betapa pentingnya mempelajari sains. Dikatakan sains memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri.
Dalam hubungannya dengan pembahasan di muka, dapat dikatakan bahwa hasil belajar sains di SD/MI masih dapat ditingkatkan. Ada beberapa faktor yang diduga mempunyai hubungan terhadap peningkatan hasil belajar sains, yaitu kurikulum, media, guru dan proses belajar mengajar. Dari faktor-faktor tersebut, proses pengajaran merupakan faktor yang cukup penting, karena dalam proses itu terjadi interaksi antara guru dengan siswa.
Dalam pengajaran diperlukan kesesuaian antara pengalaman guru dengan siswa. Kebermaknaan pengajaran sains sangat ditentukan oleh kegiatan-kegiatan nyata, karena siswa SD/MI belum dapat menghubungkan alasan yang bersifat hipotesis. Pengetahuan tumbuh berkembang melalui pengalaman dan pemahaman akan berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan pengalaman baru. Dalam hubungannya dengan uraian di muka, pengajaran sains pada umumnya masih dominan menggunakan metode ceramah dan penugasan yang terkesan kaku dan dogmatis sehingga kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan benda-benda konkrit. Selama ini, siswa kurang diberi kesempatan untuk melakukan observasi, penyelidikan, memahami sendiri, dan melakukan eksperimen terhadap konsep-konsep sains melalui pengalaman nyata. Sementara dari kajian awal terhadap guru dan siswa di SD/MI terungkap, guru kesulitan membelajarkan siswa dalam pelajaran sains pada umumnya. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, karena siswa adalah pembelajar, guru sebagai pengelola pengajaran di kelas perlu memperhatikan apa yang menjadi keperluan siswa. Hal ini perlu dilakukan agar para siswa memperoleh kepuasan belajar dengan penuh gairah, khususnya mata pelajaran sains.
Dengan demikian kegiatan pengajaran yang dilaksanakan akan memunculkan kreatifitas tinggi yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun pengemasan metode pengajaran yang disarankan adalah melalui pemanfaatan media. Pemanfaatan media mempermudah siswa didalam menerima pengajaran. Anak tidak menghapal seperangkat fakta- fakta dan konsep yang siap diterima, tetapi anak dirangsang untuk terampil mengembangkan sendiri fakta-fakta dan konsep dari apa yang dilihatnya secara nyata melalui media yang disiapkan.


[1] Ihsan, fuad. 2008. Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta:Rineka Cipta.h3-4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar