Perkembangan Islam di Sumatra
ALKISAH
mualafnya seorang ratu / putri petak/ putih dan petualangan seorang budak melawan kasta untuk perdamaian nusantara,
jika menilik sejarah nusantara akan panjang dari masa kemasa, diawali oleh peradaban manusia2 ber iman, kemudian mungkar
selanjutnya menjadi peradaban animisme budha, selanjutnya animisme hindu, juga islam
kesemuanya tak lepas dari pertikaian2 demi disebut yang terbesar dan kasta tertinggi,
cerita diawali dengan pertikaian budha hindu, pernah terjadi nusantara membuat 2 putri/ keratuan, yang dilakukan oleh kerajaan dharmas raya di lubuk jambi sebagai pusat dari dua kebesaran budha dan hindu , kerajaan dharmnas raya meletakkan putri putih sebagai ratu budha, yang nota bene sebagai ratu tertua bertitah di sumatera tengah, dan meletakkan ratu janggo / merah di selatan , kedua ratu berasal dari keturunan seorang raja
beriring waktu berjalan, perselisihan demi perselisihan tak ter elakkan, hina menghina terus terjadi, seperti para pengikut hindu yang membuat patung2 berwajah jelek untuk ratu tertua yang tak lain adalah ratu putih / raksasa berwajah serem2, puncak dari perselisihan ini terjadi ketika seorang raja menghapus keratuan, dan menggusur ratu putih maka berlakulah gelar raja maha diraja/ raja di atas para raja, padahal sebelumnya raja2 dibawah naungan keratuan, seperti di sumatera tengah sampai pesisir barat utara sumatera, sang ratu putih membwahi 3 kebesaran titah raja, budha di pesisir timur sumatera yang disebut sri indra pura, kerajaan samudra di pesisir barat sumatera islam, dipimpin oleh ratu/ bundo petak / putih di batu sangkar yang memgang teguh prinsip adat istiadat nusantara,
terjadinya pemaksaan oleh seorang raja, membuat hampir di keseluruhan nusantara terjadi perang saudara terutama budha hindu, islam juga tak lepas dari dampak pertikaian panjang telah terjadi berabad abad sebelumnya dengan skala2 kecil dan masih bisa dirundingkan, tetapi petaka terbesar itu datang juga, dampak dari pertikaian itu, para ummat islam yang mayoritas di pesisir barat sumatera, bertaburan sampai ke melaka dan pattani siam,
berkat ke arifan seorang budak dari negeri china, melobi dan mengajak berunding api pertikaian berangsur angsur mereda, seorang budak yang diketahui menganut islam memimpin armada kapal perang dari negeri cino, karna kebaikan dan ke arifan sang budak yang merangkul kesemua yang bertikai dengan mengedepankan kebersamaaan asal muasal nenek moyang yang sama, dan dengan kesatunan kelemah lembutan tutur katanya dan ketaatannya menjalankan perintah agamanya banyak para pengikut animisme budha beralih memeluk islam , terutama di kerajaan sri indra pura , bahkan sang ratu yang bertitah di sumatera tengah pun sangat menaruh simpati pada sang budak,
setelah perjalanan panjang sang budak berkali kali ke nusantara dan berhasil mendamaikan nusantara, maka sang budak ber inisiatif untuk menetap di nusantara, terutama di sumatera, tawaran itupun diterima oleh sang ratu di sumatera tengah, rupanya sang ratu yang tak lain adalah sebagai ratu yang membawahi tiga kerajaan/ kebesaran budha hindu islam jatuh hati pada sang budak, sang budak pun bergabung ke istana, hari berlalu waktu berjalan, tibalah masanya sang budak berlayar kembali untuk sebuah misi dari negeri cino yang telah menjadi timpalan nusantara,
sepeninggal perlayaran sang budak, ratu di gugat oleh kaum2 adat, yang memegang teguh kasta2, maka tersebarlah keberbagai penjuru negeri, bahwa ratu telah menikah dengan anjing, karna bagi kaum adat penjunjung tinggi kasta2 seorang budak di ibaratkan hanyalah seorang pesuruh, meskipun berpangkat jendral sekalipun, kastanya tetaplah seorang budak/ pesuruh saja, bisa di ibaratkan seperti anjing,
kejadian ini berakhir pada keluarnya ratu dari istana, karna seorang ratu harus berpegang teguh pada adat istiadat dan kasta, malah menerima seorang budak menetap di istana,
maka titah ratu yang telah menjadi mualaf itu di gantikan oleh saudaranya dari selatan yang tak lain adalah ratu merah, ratu merah ini juga menerima petinggi kedinastian mangkudun sebagai pendampingnya di istana, maka tegak lah ratu yang baru yang juga disahkan oleh raja adat dan raja ibadat sebagai raja yang membawahi adat dan ibadatnya orang2 nusantara, ber iring berjalannya waktu bulan demi bulan sang ratu yang terbuang dan ratu yang bertahta mempunyai anak laki2, anak laki2 sang ratu yang bertitah diberi nama sultan rumandung, sedangkan anak dari ratu yang terbuang di beri nama so gung chu, seiring berjalannya waktu berlalu kedua anak ini tumbuh menjadi remaja, anak dari ratu yang bertitah tumbuh menjadi seorang muslim yang taat dan berhak menyandang gelar sebagai raja di batu sangkar, karna ayahnya yang bernama bujang salamat juga seorang muslim yang taat dari kedinastian mangkudun, anak dari ratu yang terbuang juga tumbuh mernjadi muslim yang taat dan penurut pada kata2 bundanya dan menjadi pemimpin di bekas kerajaan sri indrapura, yang masa itu telah hampir mayoritas rakyatnya telah memeluk islam, disebut sebagai si gumarang bagian dari minang kabau, pernah suatu ketika so gung chu menanyakan kepada ibunya, kok bunda menerima saja ibu di usir dari istana, dan menyebut bunda menerima seekor anjing, sang bunda menjawab, biarlah manusia merendahkan kita nak, yang kita harapkan kemuliyaan dari Allah nak,
Sumber : Kawan G+ Naufal Kamal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar