PEMBELAJARAN KREATIF (CREATIVE LEARNING)
Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru dapat memotivasi dan memunculkan kreatifitas peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang variatif, misalnya kerja kelompok, pemecahan masalah dan sebagainya.
Pembelajaran kreatif mengharuskan guru untuk mampu merangsang peserta didik memunculkan kreatifitas, baik dalam konteks kreatif berfikir maupun dalam konteks kreatif melakukan sesuatu. Kreatif dalam berfikir merupakan kemampuan imajinatif namun rasional. Berfikir kreatif selalu berawal dari berfikir kritis yakni menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau memperbaiki sesuatu yang sebelumnya tidak baik. Tak seorangpun akan mengingkari bahwa kemampuan dan ciri-ciri kepribadian sampai tingkat tertentu dipengaruhi oleh oleg faktor lingkungan seperti keluwarga dan sekolah. Kedua lingkungan pendidikan ini dapat berfungsi sebagai pendorong (press) dalam pengembangan kreatifitas anak.[1]
Berfikir kraetif ini harus dikembangkan dalam proses pembelajaran, agar peserta didik terbiasa dengan kreativitas. Terdapat empat tahap dalam peningkatan kebiasaan berfikir kreatif, yakni :
a. Persiapan, yakni proses pengumpulan berbagai informasi untuk diuji
b. Inkubasi, yakni suatu rentang waktu untuk merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai memperoleh keyakinan bahwa hipotesis tersebut rasional.
c. Iluminasi, yakni kondisi menemukan keyakinan bahwa hipotesis tersebut benar, tepat dan rasional.
d. Verifikasi, yakni pengujian kembali hasil hipotesis tersebut untuk dijadikan sebuah rekomendasi.[2]
Sedangkan kreatif dalam melakukan sesuatu adalah kemampuan peserta didik dalam menghasilkan sebuah kegiatan atau aktifitas yang baru yang diperoleh dari hasil berfikir kreatif dengan mewujudkannya dalam bentuk sebuah hasil karya yang baru.
Sehubungan dengan itu pengembangan kreatifitas peserta didik tidak hanya memperhatikan pengembangan kemampuan berpikir kreatif tetapi juga pemupukan sikap dan ciri-ciri kepribadian kreatif. Keberbakatan (giftedness) merupakan perpautan antara kemampuan umum atau inteligensi, kreatifitas (baik kemampuan berpikir kreatif maupun sikap kreatif) dan pengikatan diri terhadap tugas (task-commintment) atau motivasi internal, yang juga merupakan non-aptitude trait.
Seorang yang kreatif selalu mempunyai rasa ingin tahu, ingin mencoba-mencoba, bertualang, suka bermain-main, serta intuitif. Dalam skala satu sampai sepuluh, seberapa kretaifkah anda? Steve Curtis, seorang pengusaha dan pakar kreatifitas, selalu menanyakan pertanyaan ini kepada calon pegawainya. Ia memperkerjakan orang-orang yang menjawab “Sapuluh”. Ketika diminta menjelaskan kebijakan ini, ia mengatakan : “Kita semua lahir dengan kreatifitas, dan jika anda yakin anda adalah orang yang kreatif, anda akan menemukan cara yang kreatif untuk mengatasi masalah harian baik dalam pekerjaan maupun dalam kehidupan pribadi anda. Itulah macam orang yang ingin kujadikan rekan kerja”.[3]
Dalam masyarakat, kita cenderung memandang orang-orang tertentu seperti seniman, ilmuwan, atau penemu, sebagai orang-orang misterius hanya karena mereka itu kreatif. Walaupun demikian, kita semua mempunyai kemampuan untuk menjadi pemikir-pemikir yang kreatif dan pemecah masalah. Yang diperlukan adalah pikiran yang penuh rasa ingin tahu, kesanggupan untuk mengambil resiko, dan dorongan untuk membuat segalanya berhasil.
Betatapun besarnya perhatian terhadap kreatifitas, kebanyakan kreatifitas terwujud cukup sederhana. Hal itu hampir-hampir tak terlihat oleh peradaban, walaupun dalam beberapa hal kecil telah membuat hidup kita sedikit lebih nyaman. Luangkan waktu sesaat untuk mengingat beberapa situasi dimana anda berhasil mencapai tujuan ketika situasinya tampak tidak memungkinkan. Anda akan terjatuh, atau terperangkap, atau tertangkap dalam suatu lingkaran yang tak pernah anda masuki sebelumnya. Tetapi anda dapat menemukan jalan. Itulah kreatifitas.
Dunia terus berubah dengan kecepatan yang luar biasa, yang sebagian besar disebabkan oleh limpahan dan ketersediaan informasi yang sangat banyak dan sangat mudah diakses. Semakin cepat informasi keluar dan diterima oleh orang, semakin cepat orang menyerapnya, mengombinasikan dan merekombinasikannya untuk menciptakan konsep, teori, fakta, dan penemuan baru yang lebih banyak lagi. Hal ini menyebabkan perubahan dunia yang selalu bertambah cepat.
Ini merupakan implikasi yang luar biasa besarnya bagi kita sebagai pengusaha, guru, peserta didik, orang tua, dan warga dunia yang bertanggung jawab. Pola pemikiran lama dan adaptasi pasif mungkin cukup membuat kita hanyut bersama arus, tetapi untuk menjadi benar-benar efektif dan terinformasi, kita harus mengendalikan gelombang informasi pascaindustri. Kita memerlukan kemampuan berpikir yang membuat kita mampu mengasimilasikan informasi baru untuk digunakan dalam rumah bisnis dan sekolah kita. Kita secara kreatif perlu mengadaptasi informasi itu untuk hidup kita agar mendapatkan hasil yang positif.
Dalam bukunya Developing a 21st Century Mind, tokoh pendidik Marsha Sinetar menjelaskan suatu kualitas “adaptasi kreatif” yang diyakininya sebagai hal yang diigingkan dalam segala aspek sebagai manusia (dari pertumbuhan pribadi dan pengayaan, hingga bisnis dan karier, hingga keayahbundaan dna kehidupan keluarga). Adaptasi kreatif dapat menyerupai permainan dan sesungguhnya itu bersifat permainan, namun ini melibatkan cara berpikir yang logis dan sekuensial, juga intuitif serta sangat pribadi. Pendeknya, hal ini merupakan suayu proses pemikiran seluruh otak untuk penyelesaian masalah secara efektif.[4] Adapun untuk penyelesaian masalah terdapat beberapa istilah baru untuk proses penyelesaian masalah sebagai berikut :
- Berfikir Vertikal, maksudnya suatu proses bergerak selangkah demi selangkah menuju tujuan anda, seolah-olah anda sedang menaiki tangga.
- Berpikir Lateral, maksudnya melihat permasalahan anda dari beberapa sudut baru, seolah-olah melompat dari satu tangga ke tangga lainnya.
- Berpikir Kritis, maksudnya berlatih atau memasukkan penilaian atau evaluasi yang cermat, seperti menilai kelayakan suatu gagasan atau produk.
- Berpikir Analitis, maksudnya suatu proses pemecahan masalah atau gagasan anda menjadi bagian-bagian. Menuji setiap bagian untuk melihat bagaimana bagian tersebut saling cocok satu sama lain, dan mengeksplorasi bagaimana bagian-bagian ini dapat dikombinasikan kembali dengan cara-cara baru.
- Berpikir Strategis, maksudnya mengembangkan strategi khusus untuk perencanaan dan arah operasi-operasi skala besar dengan melihat proyek itu dari semua sudut yang mungkin.
- Berpikir tentang hasil, maksudnya meninjau tugas dari perspektif solusi yang dikehendaki.
- Berpikir Kreatif, maksudnya efek “bola lampu” yang terjadi ketika anda menyusun kembali fakta-fakta yang ada dan muncul dengan pandangan baru tentang masalah itu.[5]
Semua cara berfikir ini dapat dikategorikan sebagai proses otak kiri- atau otak-kanan. Dalam kedua kasus di atas, kita akan menemukan bahwa berfikir lateral, hasil, dan kreatif berada pada otak intuitif kanan, sedangkan berfikir vertikal, kritis, strategis dan analitis berada pada otak logis kiri. Walaupun demikian, sebenarnya terjadi banyak hubungan. Penyelesaian masalah, seperti aktifitas intelektual lainnya, adalah kombinasi dari pemikiran kreatif dan logis. Dan pemecahan masalah yang sejati menggunakan kombinasi dari semua proses ini. Penting untuk diingat bahwa kreatifitas melampaui percikan kreatif awal sampai tahap pelaksanaan gagasan sebenarnya.
Adapun kiat-kiat jitu untuk berpikir kreatif adalah :
1. Ingatlah kesuksesan anda dimasa lalu, baik yang biasa maupun yang menakjubkan (jika anda pernah berhasil, anda tahu bahwa anda mampu melakukannya lagi. Ingtalah diri anda tentang hal itu pada saat anda menggarap suatu tantangan)
2. Yakinlah bahwa hal ini bisa menjadi hari terobosan (jalani hari anda dengan keyakinan bahwa sesuatu dapat terjadi untuk mengubah segalanya. Dengan cara itu, jika sesuatu itu benar-benar muncul, maka anda akan siap menerimanya.
3. Latihlah kreatifitas anda dengan permainan-permainan mental (otak anda, seperti bagian tubuh anda, berfungsi lebih lancar jika selalu dijaga dalam keadaan prima). Inilah beberapa saran untuk melakukannya:
- Pikirkanlah penggunaan kembali barang-barang lama
- Lihatlah kejadian sehari-hari, dan susunan uraian kisah tentang peristiwa-peristiwa yang memunculkannya.
- Temukan pribahasa-pribahasa yang dapat anda gunakan untuk menjelaskan sesuatu kepada seseorang.
- Pikirkanlah berbagai cara untuk mengatakan hal yang sama
- Tontonlah acara televisi dengan mematikan suaranya, dan cobalah memperkirakan apa yang dikatakan orang dalam acara itu.
3. Ingatlah bahwa kegagalan membawa pada keberhasilan
4. Raihlah impian dan fantasi anda
[1]Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Rineka Cipta, Jakarta, 1999, hlm. 11.
[2]Departemen Agama RI,Op.Cit., hlm. 21-22.
[3]Bobbi DePorter (terj. Alwiyah Abdurrahman), Quantum Learning; Membiasakan BelajarNyaman dan Menyenangkan, Mizan Pustaka, Bandung, 2003, hlm. 292.
[4]Bobbi DePorter (terj. Alwiyah Abdurrahman), Quantum Learning; Membiasakan BelajarNyaman dan Menyenangkan, Mizan Pustaka, Bandung, hlm. 296.
[5]Bobbi DePorter (terj. Alwiyah Abdurrahman), Quantum Learning; Membiasakan BelajarNyaman dan Menyenangkan, Mizan Pustaka, Bandung hlm. 296-298.