latar belakang berdirinya madrasah



SEJARAH MADRASAH DI INDONESIA DAN PERKEMBANGANNYA

Tumbuh dan berkembangnya madrasah diniyah di Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan tumbuh dan berkembangnya ide-ide pembaharuan pemikiran dikalangan ummat Islam. Dipermulaan ke 20 timbul beberapa perubahan pemikiran dikalangan umat Islam. Di permulaan abad ke 20 timbul beberapa perubahan pemikiran bagi umat Islam Indonesia dengan masuknya ide-ide pembaharuan.
Adapun beberapa faktor pendorong timbulnya ide-ide pembaharuan tersebut adalah :
  1. Adanya kecendrungan umat Islam untuk kembali kepada Al-Qur’an dan Hadits. Kecendrungan ini dijadikan titik tolak dalam menilai kebiasaan agama dan kebudayaan yang ada. Ide pokok dari keinginan kembali kepada Al-Qur’an dan Hadits dalam rangka menolak munculnya taklid dan tahayul.
  2. Timbulnya dorongan perlawanan nasional terhadap penguasa colonial Belanda.
  3. Usaha yang kuat dari orang-orang Islam untuk memperkuat organisasinya dibidang sosial ekonomi, baik untuk kepentingan mereka sendiri maupun untuk masyarakat.
  4. Pembaharuan pendidikan. Karena cukup banyak orang dan organisasi Islam tidak puas dengan metode tradisional dalam mempelajari Al-Qur’an dan studi-studi agama Islam.[1]
Dengan demikian, kehadiran madrasah diniyah dilatarbelakangi oleh keinginan untuk memberlakukan secara berimbang antara ilmu agama dengan ilmu pengetahuan umum dalam kegiatan pendidikan dikalangan umat Islam.
Menurut Muhaimin Abdul Majid, sebagaimana dikutip oleh Hasbullah dalam bukunya Kapita Selekta Pendidikan Islam, setidaknya kehadiran madrasah diniyah sebagai lembaga pendidikan Islam mempunyai beberapa latarbelakang yaitu :
  1. Sebagai manifestasi dan realisasi  pembaharuan pendidikan Islam.
  2. Usaha penyempurnaan terhadap sistem pesantren kearah system pendidikan yang lebih memungkinkan lulusannya untuk memperoleh kesempatan yang sama dengan sekolah umum.
  3. Adanya sikap mental pada sementara golongan umat Islam khususnya santri yang terpukau pada Barat sebagai system pendidikan mereka.
  4. Sebagai upaya untuk menjembatani  antara system pendidikan tradisional yang dilaksanakan oleh pesantren dan system pendidikan modern dan hasil akulturasi.[2]
Khusus mengenai timbulnya dorongan pembaharuan dalam bidang pendidikan adalah :
  1. Pada penghujung abad ke 19 dan awal abad ke 20 telah benyak kembali ke Indonesia alumnus Timur Tengah. Mereka kembali itu sesampainya di tanah air memiliki posisi penting dalam bidang pendidikan agama. Atas dasar upaya mereka timbulah perubahan-perubahan dalam system dan isi pendidikan Islam.
  2. Ingin mencontoh system pendidikan Belanda yang telah memiliki system modern. Diantara para ulama yang berjasa dalam pengembangan madrasah diniyah di Indonesia adalah Syaikh Abdullah Ahmad. Beliaulah yang mendirikan Madrasah Adabiyah di Padang tahun 1909.[3]
Sebelum abad ke 20, system pendidikan di Indonesia belum mengenal istilah madrasah, kecuali pengajian Al-Qur’an, masjid, pesantren, surau dan langgar. Dalam system pendidikan yang disebut di atas memang dilakukan pengkelasan dalam pengertian modern, tetapi prakteknya tetap ada perjenjangan yang biasanya diatur berdasarkan tingkatan kitab yang diajarkan.
Berikut ini gambaran keberadaan madrasah  di Minangkabau dan pulau Jawa yang merupakan dua daerah yang dipengaruhi pembaharuan Timur Tengah dan Kolonialisme dan merupakan daerah yang paling berpengaruh dalam pembaharuan madrasah di Indonesia.
  1. Keberadaan Madrasah di Minangkabau
Madrasah Adabiyah merupakan madrasah yang tumbuh pada masa awal pembaharuan. Tokoh pendirinya adalah Abdulah Ahmad, adalah ssalah seorang pelopor pembaharuan di wilayah Minangkabau. Madrasah Adabiyah didiirikan pada tahun 1907 sekitar delapan tahun setelah Ahmad kembali dari Mekkah guna menimba ilmu pengetahuan.
Pada awalnya madrasah Adabiyah didirikan di Padang Panjang. Sistem pendidikan madrasah ini sangat berbeda dengan cara pendidikan di surau. Madrasah ini mengajarkan ilmu-ilmu agama ditambah dengan pelajaran membaca dan menulis latin serta ilmu hitung. Madrasah inipun sudah menerapkan system kelas. Sayangnya, madrasah ini hanya berjalan satu tahun karena kurang diminati  masyarakat yang masing menyukai pola pendidikan surau.
Pada tahun 1910 Syaekh Muhamma Thalib Umer mendirikan Madrasah School di Batu Sangkar di Padang Panjang, madrasah ini mendapat perhatian besar dari masyarakat di Minangkabau dan kemudian pada tahun 1923 Rahmah El Yunusiah mendirikan Diniyah Putri di Padang Panjang. Tujuannya adalah untuk memberikan kesempatan yang lebih luas kepada kalangan pelajar putrid. Madrasah ini terdiri dari enam kelas dan mengikuti pola pengajaran dan komposisi kurikulum yang sama dengan madrasah diniyah pada umumnya.
  1. Keberadaan Madrasah di Pulau Jawa
Agak berbeda dengan Minangkabau, perkembangan madrasah di pulau Jawa didukung oleh organisasi-organisasi Ialam seperti Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, Persatuan Umat Islam dan sebagainya. Meskipun demikian, tetap saja perkembangan madrasah itu dipelopori oleh tokoh-tokoh pembaharu termasuk KH. Ahmad Dahlan, KH. Hasyim Asy'ati dan lain-lain.
Setelah Indonesia merdeka, maka salah satu Departemen yang dibentuk pemerintah adalah Departemen Agama sebagai perwujudan dari falsafah hidup bangsa Indonesia yang relegius. Departemen Agama didirikan pada tanggal 3 Januari 1946 dimana salah satu bidang garapannya garapannya masalah pendidikan agama seperti madrasah, pesantren dan menguru pendidikan agama di sekolah-sekolah umum.



[1]Karel A. Streenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah, LP3ES, Jakarta, hlm. 27-28.
[2]Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam¸Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, hlm. 66.
[3]Mulyanto Sumardi, Sejarah SIngkat Pendidikan Islam di Indonesia, Dhamra Bakti, Jakarta, 1978, hlm. 49.