Karakteristik Bidang kajian Ilmu
Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data
dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan
tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu:
(1) kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk
memprediksi apa yang belum diamati, dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut
hasil eksperimen, (3) dikembangkannya sikap ilmiah. Kegiatan pembelajaran IPA
mencakup pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban,
memahami jawaban, menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan
“bagaimana” tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui
cara-cara sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan
ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah.
Metode ilmiah dalam
mempelajari IPA itu sendiri telah diperkenalkan
sejak abad ke-16 (Galileo Galilei dan Francis Bacon) yang meliputi
mengidentifikasi masalah, menyusun hipotesa, memprediksi konsekuensi dari
hipotesis, melakukan eksperimen untuk menguji prediksi, dan merumuskan hukum
umum yang sederhana yang diorganisasikan dari hipotesis, prediksi, dan
eksperimen.
Dalam belajar IPA peserta didik diarahkan untuk membandingkan hasil
prediksi peserta didik dengan teori
melalui eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Pendidikan IPA di
sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari
diri sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, yang didasarkan pada metode ilmiah. Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam
sekitar melalui proses “mencari tahu” dan “berbuat”, hal ini akan membantu peserta
didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. Keterampilan dalam mencari tahu atau berbuat
tersebut dinamakan dengan keterampilan proses penyelidikan atau “enquiry
skills” yang meliputi mengamati, mengukur, menggolongkan, mengajukan
pertanyaan, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen untuk menjawab
pertanyaan, mengklasifikasikan,
mengolah, dan menganalisis data, menerapkan ide pada situasi baru,
menggunakan peralatan sederhana serta mengkomunikasikan informasi dalam
berbagai cara, yaitu dengan gambar, lisan, tulisan, dan sebagainya. Melalui keterampilan proses dikembangkan
sikap dan nilai yang meliputi rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, tidak
percaya tahyul, kritis, tekun, ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap
lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan orang
lain.
Oleh karena
itu pembelajaran IPA di sekolah
sebaiknya: (1) memberikan pengalaman pada peserta didik sehingga mereka
kompeten melakukan pengukuran berbagai besaran fisis, (2) menanamkan pada peserta didik pentingnya
pengamatan empiris dalam menguji suatu pernyataan ilmiah (hipotesis). Hipotesis
ini dapat berasal dari pengamatan terhadap kejadian sehari-hari yang memerlukan
pembuktian secara ilmiah, (3) latihan berpikir kuantitatif yang mendukung
kegiatan belajar matematika, yaitu sebagai penerapan matematika pada
masalah-masalah nyata yang berkaitan dengan peristiwa alam, (4) memperkenalkan dunia teknologi melalui
kegiatan kreatif dalam kegiatan perancangan dan pembuatan alat-alat sederhana
maupun penjelasan berbagai gejala dan keampuhan IPA dalam menjawab berbagai
masalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar