PENGERTIAN
DAN HAKEKAT EVALUASI
A. Pengertian Evaluasi
Menurut bahasa, kata evaluasi berasal dari
bahasa Inggris “evalution”, yang berarti penilaian atau penaksiran. (John M.
Echts dan Hasan Shadily, 1983 : 220). Sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi
merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan
menggunakan intrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur memperoleh
kesimpulaN.[1]
a. Bloom
Evaluasi yaitu:
pengumpulan kegiatan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam
kegiatannya terjadi perubahan dalam diri siswa menetapkan sejauh mana tingkat
perubahan dalam diri pribadi siswa.
b. Stuffle Beam
Evaluasi adalah proses
menggambarkan, memperoleh, dan enyajikan informasi yang berguna untuk menilai
alternatif keputusan.
c. Cronbach
Didalam bukunya Designing Evalutor Of
Education and Social Program, telah memberikan uraian tentang
prinsip-prinsip dasar evaluasi antara lain :
1. Evaluasi program
pendidikan merupakan kegiatan yang dapat membantu pemerintah dalam mencapai
tujuannya.
2. Evaluasi seyogyanya tidak memberikan jawaban terhadap
suatu pertanyaan khusus. Bukanlah tugas evalutor memberikan rekomendasi tentang
kemanfaatan suatu program dan dilanjutkan atau tidak. Evalutor tidak dapat
memberikan pertimbangan kepada pihak lain, seperti halnya seorang pembimbing
tidak dapat memilihkan karier seorang murid. Tugas evalutor hanya memberikan
alternatif.
3. Evaluasi merupakan suatu proses terus menerus, sehingga
didalam proses didalamnya memungkinkan untuk merevisi apabila dirasakan ada
suatu kesalahan-kesalahan.[2]
B. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pendidikan Islam
Secara rasional filosofis, pendidikan Islam bertugas untuk
membentuk al-Insan al-Kamil atau manusia paripurna. Oleh karena itu, hendaknya
di arahkan pada dua dimensi, yaitu : dimensi dialektikal horitontal, dan
dimensi ketundukan vertikal.
Tujuan program evaluasi adalah mengetahui kader pemahaman
anak didik terhadap materi terhadap materi pelajaran, melatih keberanian dan
mengajak anak didik untuk mengingat kembali materi yang telah diberikan. Selain
itu, program evaluasi bertujuan mengetahui siapa diantara anak didik yang
cerdas dan yang lemah, sehingga naik tingkat, kelas maupun tamat. Tujuan
evaluasi bukan anak didik saja, tetapi bertujuan mengevaluasi pendidik, yaitu
sejauh mana pendidikan bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya untuk
mencapai tujuan pendidikan Islam.
Dalam pendidikan Islam, tujuan evaluasi lebih ditekankan pada
penguasaan sikap (afektif dan psikomotor) ketimbang asfek kogritif. Penekanan
ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan peserta didik yang secara besarnya
meliputi empat hal, yaitu :[3]
1. Sikap dan pengalaman terhadap hubungan pribadinya dengan
Tuhannya.
2. Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan dirinya dengan
masyarakat.
3. Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan kehidupannya
dengan alam sekitarnya.
4. Sikap dan pandangan terhadap diri sendiri selaku hamba
Allah, anggota masyarakat, serta khalifah Allah SWT.
Dari keempat dasar tersebut di atas, dapat dijabarkan dalam
beberapa klasifikasi kemampuan teknis, yaitu :
1. Sejauh mana loyalitas dan pengabdiannya kepada Allah
dengan indikasi-indikasi lahiriah berupa tingkah laku yang mencerminkan
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
2. Sejauh mana peserta didik dapat menerapkan nilai-nilai
agamanya da kegiatan hidup bermasyarakt, seperti ahlak yang mulia dan disiplin.
3. Bagaimana peserta didik berusaha mengelola dan memelihara,
serta menyesuaikan diri dengan alam sekitarnya, apakah ia merusak ataukah
memberi makna bagi kehidupannya dan masyarakat dimana ia berada.
4. Bagaimana dan sejauh mana ia memandang diri sendiri
sebagai hamba Allah dalam menghadapi kenyataan masyarakat yang beraneka ragam
budaya, suku dan agama.
Sedangkan menurut Muchtar Buchari M. Eb, mengemukakan, ada
dua tujuan evaluasi :[4]
1. Untuk mengetahui kemajuan belajar peserta didik setelah
menyadari pendidikan selama jangka waktu tertentu.
2. Untuk mengetahui tingkah efisien metode pendidikan yang
dipergunakan dalam jangka waktu tertentu.
Fungsi evaluasi adalah membantu anak didik agar ia dapat
mengubah atau mengembangkan tingkah lakunya secara sadar, serta memberi bantuan
kepadanya cara meraih suatu kepuasan bila berbuat sebagaimana mestinya. Di
samping itu fungsi evaluasi juga dapat membantu seorang pendidik dalam
mempertimbangkan adeqvate (baik tidaknya) metode mengajar, serta membantu
mempertimbangkan administrasinya.
Menurut A. Tabrani Rusyan dan kawan-kawan, mengatakan bahwa
evaluasi mempunyai beberapa fungsi, yaitu :
1. Untuk mengetahui tercapainya tidaknya tujuan instruksional
secara komprehensif yang meliputi aspek pengetahuan, sikap dan tingkah laku.
2. Sebagai umpan balik yang berguna bagi tindakan berikutnya
dimana segi-segi yang sudah dapat dicapai lebih ditingkatkan lagi dan segi-segi
yang dapat merugikan sebanyak mungkin dihindari.
3. Bagi pendidik, evaluasi berguna untuk mengatur
keberhasilan proses belajar mengajar bagi peserta didik berguna untuk
mengetahui bahan pelajaran yang diberikan dan di kuasai, dan bagi masyarakat
untuk mengetahui berhasil atau tidaknya program-program yang dilaksanakan.
4. Untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar
untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program remedial bagi
murid.
5. Untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar.
6. Untuk menempatkan murid dalam situasi belajar mengajar
yang tepat.
7. Untuk mengenal latar belakang murid yang mengalami
kesulitan-kesulitan belajar.
C. Prinsip-prinsip Evaluasi Pendidikan Islam
Evaluasi merupakan penilaian tentang suatu aspek yang
dihubungkan dengan situasi aspek lainnya, sehingga diperoleh gambaran yang
menyeluruh jika ditinjau dari beberapa segi. Oleh karena itu dalam melaksanakan
evaluasi harus memperhatikan berbagai prinsip antara lain :[5]
1. Prinsip Kesinambungan (kontinuitas)
Dalam ajaran Islam, sangat memperhatikan prinsip kontinuitas,
karena dengan berpegang pada prinsip ini, keputusan yang diambil oleh seseorang
menjadi valid dan stabil (Q.S. 46 : 13-14).
2. Prinsip Menyeluruh (komprehensif)
Prinsip yang melihat semua aspek, meliputi kepribadian,
ketajaman hafalan, pemahaman ketulusan, kerajinan, sikap kerjasama, tanggung
jawab (Q.S. 99 : 7-8).
3. Prinsip Objektivitas
Dalam mengevaluasi berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak
boleh dipengaharui oleh hal-hal yang bersifat emosional dan irasional.[6]
Allah SWT memerintahkan agar seseorang berlaku adil dalam
mengevaluasi. Jangan karena kebencian menjadikan ketidak objektifan evaluasi
yang dilakukan (Q.S. : 8), Nabi SAW pernah bersabda : “Andai kata Fatimah binti
Muhammad itu mencuri, niscaya aku tidak segan-segan untuk memotong kedua
tangannya”.
Demikian pula halnya dengan Umar bin Khottob yang mencambuk
anaknya karena ia berbuat zina. Prinsip ini dapat ditetapkan bila penyelenggarakan
pendidikan mempunyai sifat sidiq, jujur, ikhlas, ta’awun, ramah, dan lainnya.
D. Sistem Evaluasi Dalam Pendidikan Islam
Sistem evaluasi dalam pendidikan Islam mengaku pada sistem
evaluasi yang digariskan oelh Allah SWT, dalam al-Qur’an dan di jabarkan dalam
as-Sunnah, yang dilakukan Rasulullah dalam proses pembinaan risalah Islamiyah.
Secara umum sistem evaluasi pendidikan sebagai berikut :[7]
1. Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap
berbagai macam problema kehidupan yang dihadapi (Q.S. Al-Baqarah/ 2 : 155).
2. Untuk mengetahui sejauhmana atau sampai dimana hasil
pendidikan wahyu yang telah diaplikasikan Rasulullah saw kepada umatnya (QS. An
Naml/27:40).
3. Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat hidup keislaman
atau keimanan seseorang, seperti pengevaluasian Allah terhadap nabi Ibrahim
yang menyembelih Ismail putra yang dicintainya (QS. Ash Shaaffat/37:103-107).
4. Untuk mengukur daya kognisi, hafalan manusia dan pelajaran
yang telah diberikan kepadanya, seperti pengevaluasian terhadap nabi Adam
tentang asma-asma yang diajarkan Allah kepadanya dihadapan para malaikat (QS.
Al-Baqarah/2:31).
5. Memberikan semacam tabsyir (berita gembira) bagi yang
beraktifitas baik, dan memberikan semacam ‘iqab (siksa) bagi mereka yang
berakltifitas buruk (QS. Az Zalzalah/99:7-8).
6. Allah SWT dalam mengevaluasi hamba-Nya, tanpa memandang
formalitas (penampilan), tetapi memandang subtansi dibalik tindakan hamba-hamba
tersebut (QS. Al Hajj/22:37).
7. Allah SWT memerintahkan agar berlaku adil dalam mengevaluasi
sesuatu, jangan karena kebencian menjadikan ketidak objektifan evaluasi yang
dilakukan (QS. Al Maidah/5:8).
E. Sasaran Evaluasi
Langkah yang harus ditempuh seorang pendidik dalam
mengevaluasi adalah menetapkan apa yang menjadi sasaran evaluasi tersebut.
Sasaran evaluasi sangat penting untuk diketahui supaya memudahkan pendidik
dalam menyusun alat-alat evaluasinya.
Pada umumnya ada tiga sasaran pokok evaluasi. [8],
yaitu:
1. Segi tingkah laku, artinya segi-segi yang menyangkut
sikap, minat, perhatian, keterampilan murid sebagai akibat dari proses belajar
mengajar.
2. Segi pendidikan, artinya penguasaan pelajaran yang
diberikan oleh guru dalam proses belajar mengajar.
3. Segi yang menyangkut proses belajar mengajar yaitu bahwa
proses belajar mengajar perlu diberi penilaian secara obyektif dari guru. Sebab
baik tidaknya proses belajar mengajar akan menentukan baik tidaknya hasil
belajar yang dicapai oleh murid.
Dengan menetapkan sasaran diatas, maka pendidik lebih mudah
mengetahui alat-alat evaluasi yang dipakai baik dengan tes maupun non tes.
a. Kedudukan akademis setiap murid, baik dibandingkan dengan
teman-teman sekelasnya, sekolahnya, maupun dengan sekolah-sekolah lain.
b. Kemajuan belajar dalam satu pelajaran tertentu, misalnya
tauhid, fiqih, tarikh dan lainnya.
c. Kelemahan dan kelebihan murid.
Dalam evaluasi pendidikan Islam ada empat sasaran pokok yang
menjadi target.[9]
- Sikap dan pengamalan terhadap arti hubungan pribadi dengan
Tuhannya.
- Sikap dan pengamalan terhadap arti hubungannya dengan masyarakat.
- Sikap dan pengamalan terhadap arti hubungan dengan
kehidupan yang akan datang.
- Sikap dan pandangannya terhadap dirinya sendiri selaku
hamba Allah dan selaku anggota masyarakat serta selaku khalifah Allah di bumi.
Dalam melaksanakan evaluasi pendidika Islam ada 2 cara yang
dapat ditempuh diantaranya:
a. Kuantitatif
Evaluasi
kuantitatif adalah cara untuk mengetahui sebuah hasil pendidikan dengen cara
memberikan penilaian dalam bentuk angka. (5, 7,90) dan lain-lain.
b. Kualitatif
Evaluasi kualitatif
adalah suatu cara untuk mengetahui hasil pendidikan yang diberikan dengan cara
memberikan pernyataan verbal dan sejenisnya (bagus, sangat bagus, cukup, baik,
buruk) dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
- Thoha, M. Chabib, Teknik Evaluasi pendidikan, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996.
- Daryanto, Drs. H., Evaluasi Pendidikan, PT. Rineka
Cipta, Jakarta, 2001.
- Samsul, MA., Drs., Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan
Historis, teoritis, dan praktis, Ciputat Press, Jakarta, 2000.
- Arief, Armai, MA., DR., Pengantar Ilmu dan Metodologi
Pendidikan Islam, Ciputat Press, Jakarta, 2002.
- Muhaimin, MA., Drs., Memikirkan Pendidikan Islam,
PT. Rineka Cipta, Jakarta 1993.
- Rusyam, Tabrani, dkk., Pendekatan Proses Belajar
Mengajar, Gramedia, Jakarta, 1989.
- Nata Abudin, H., Filsafat Pendidikan Islam, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997.
- Ihsan, Hamdani, Drs. H., Filsafat Pendidikan islam, Pustaka
Setia, Bandung, 1998.
[1].M. Chabib Thaha, Teknik Evaluasi
Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, hal. I.
[2]
Daryanto, Evaluasi Pendidikan, hal. 2.
[3] Samsul Nitar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan
Historis, Teoritis, dan Praktis, 2002, hal. 80
[4] M. Chabib Thaha, Teknik Evaluasi
Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, hal. 6.
[5] Muhaimin, Pemikiran Pendidikan
Islam, hal. 279-280.
[6] Tasrani Rusyan, dkk, Pendekatan Dalam Proses
Belajar Mengajar, hal. 211.
[7] Samsul Nitar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan
Historis, Teoritis, dan Praktis
[8] Abubin Rata, Filsafat Islam, hal. 143.
[9] H. Hamdani Ihsan, Filsafat
Pendidikan Islam, hal. 225.
untuk melengkapi perpustakaan makalah silahkan klik download dibawah ini
semoga bermanfaat