KEPRIBADIAN ANAK DIDIK DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
Menurut Agus Sujanto yang dimaksud kepribadian adalah "kepribadian berasal dari kata personality ( bahasa Inggris) yang berasal dari persona (bahasa Latin) yang berarti kedok atau topeng. Yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku watak pribadi seseorang".[1]
Gordon W.Allport berpendapat kepribadian adalah "organisasi dinamis dalam diri manusia (individu) yang terdiri dari sistem psiko fisik yang menentukan cara penyesuaian diri yang unik dari individu tersebut terhadap lingkungannya".[2]
Untuk menjelaskan maksud dari rumusan Allport tersebut di atas, maka penulis mengutip pendapat Sumadi Suryabrata,sebagai berikut :
- Organisasi dinamis" menekankan kenyataan bahwa kepribadian itu selalu berkembang dan berubah walaupun dalam pada itu ada organisasi sistem yang mengikat dan menghubungkan berbagai komponen dari pada kepribadian.
- Istilah psiko fisik "menunjukkan bahwa kepribadian bukanlah eksklusif (semata-mata) tetapi kepribadian meliputi kerja tubuh dan jiwa (tak terpisah-pisah) dalam kesatuan kepribadian".[3]
Sedangkan menurut Zakiah Daradjat kepribadian adalah "semua unsur-unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap dan perasaan, yang dalam keseluruhan dan kebulatan yang akan menentukan corak laku cara menghadapi suatu hal yang menekan perasaan mengecewakan atau menggembirakan".[4]
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka penulis menyimpulkan bahwa kepribadian adalah suatu kesatuan dan kebulatan jasmani dan rohani dari seseorang yang bersifat dinamis dan menjadi dasar kesatuan dan kebulatan tindakan yang akan direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari melalui cita- cita, sikap, pembicaraan, cara berpikir dan bertindak dengan berdasarkan falsafah hidup yang diyakininya yang bersumber kepada agama yang dipercayai dan diyakininya.
2. Upaya dalam Membentuk Kepribadian Peserta Didik
Upaya-upaya dalam pembentukan kepribadian peserta didik adalah dengan memberikan materi pendidikan akhlak yang meliputi :
a. Penyucian jiwa
b. Kejujuran dan kebenaran
c. Menguasai hawa nafsu
d. Sifat lemah lembut dan rendah hati
e. Berhati-hati dalam mengambil keputusan
f. Menjadi teladan yang baik
g. Beramal shaleh dan berlomba-lomba berbuat baik
h. Menjaga diri, sabar
i. Ikhlas
j. Hidup sederhana
k. Pintar mendengar kemudian mengikutinya[5]
Menanamkan sifat-sifat di atas terhadap peserta didik dapat disebut upaya dalam membentuk kepribadian peserta didik serta merupakan suatu pembentukan kebiasaan yang baik dan sesuai dengan nilai-nilai akhlaqul karimah. Sedangkan aspek- aspek pembentukan kepribadian peserta didik adalah sebagai berikut:
a. Aspek idiil atau dasar bersumber dari ajaran wahyu
b. Aspek materiil atau bahan berupa pedoman dan ajaran yang terangkum dalam materi bagi pembentukan akhlakul karimah
c. Aspek sosial menitik beratkan kepada hubungan yang baik antara sesama makhluk khususnya manusia.
d. Aspek teologi pembangunan kepentingan manusia ditujukan pada pembangunan nilai-nilai tauhid sehingga upaya untuk menjadikan kemampuan diri sebagai pengabdi Allah yang setia.
e. Demostorial atas penghargaan terhadap paham lawan yang berbeda
f. Fitrah manusia, meliputi bimbingan terhadap peningkatan dan pengembangan jasmani dan rohani ruh.[6]
Jadi pembentukan kepribadian peserta didik itu harus seluruh aspek-aspeknya supaya pembentukan kepribadian menjadi paripurna, menyeluruh, terarah dan berimbang. Selain upaya-upaya di atas, upaya pembentukan kepribadian peserta didik yang dapat kita lakukan antara lain :
a. Pendidikan Keluarga
Pendidikan keluarga adalah tempat tempat berlangsungnya pendidikan yang pertama dan utama sebelum anak mengenai sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu pendidikan keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi anak, sehingga sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam keluarga adalah ayah dan ibu. Jadi baik dan buruknya pendidikan anak-anak dalam keluarga tergantung orang tuanya. Hal ini sesuai firman Allah dalam surat at Tahrim ayat 6 :
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka.... (QS. at Tahrim : 6)".[7]
Berdasarkan ayat di atas, jelaslah bahwa sebagai orang tua harus memberikan pengaruh kepadanya, yakni dengan cara mendidiknya dengan ajaran Islam, seperti tentang keimanan, ketaqwaan, serta akhlak Islam atau dengan kata lain bahwa orang tua sebagai contoh yang akan ditiru oleh anak-anaknya. Karena orang tua kelak harus bertanggung jawab menyelamatkan keluarganya dari siksa api neraka.
b. Pendidikan di Sekolah
Sekolah berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam pendidikan pengajaran, belajar yang tidak didapatkan si anak dalam keluarga. Dengan adanya pendidikan di sekolah maka pendidiknya adalah guru. Seorang guru di samping memberikan ilmu pengetahuan, keterampilan dan pendidikan agama, juga berfungsi sebagai pembantu keluarga untuk menjadi seorang pendidik dalam usaha pembentukan kepribadian anak. Dalam hal ini guru agamalah yang sangat berperan dalam membentuk kepribadian muslim pada anak didik atau murid.
c. Lingkungan Masyarakat
Pendidikan di masyarakat dapat dikatakan pendidikan tidak langsung, yang dilaksanakan secara tidak sadar baik oleh anak didik itu sendiri maupun masyarakat. Lembaga pendidikan masyarakat turut membantu pendidikan anak didik dalam usaha membentuk sikap sosial, keagamaan dan menambah ilmu pengetahuan. Pendidikan masyarakat juga disebut dengan pendidikan non formal.
Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa pembentukan kepribadian peserta didik di lembaga pendidikan formal atau sekolah, terutama pendidikan agama Islam sangatlah mengutamakan terbinanya akhlak yang baik pada manusia. Setiap orang Islam harus berusaha membentuk kepribadiannya karena dalam membentuk kepribadian bukanlah hal yang mudah, melainkan sangat memerlukan waktu yang lama, ketabahan, keuletan dalam mendidik anaknya hingga kepribadian akan tercapai sesuai dengan ajaran Islam. Abdul Sani, dalam bukunya mengatakan bahwa :
Menanamkan pendidikan dalam jiwa si anak agar mempunyai akhlak yang bermoral tinggi, berbudi luhur terhadap siapapun juga dan bila mana saja, tidak mengenai ruang dan tempat, kalau berkata benar, berbicara jujur, hidup mempunyai malu, jangan suka berdusta, penipu, memelihara amanah dan menepati janji, sopan santun dalam bergaul sesama manusia, jangan bersifat angkuh, sombong, tetapi jangan pula terlalu merendahkan diri, sebaiknya manusia itu bersifat sederhana.[8]
Bertolak dari pendapat di atas, bahwa pembentukan kepribadian seorang peserta didik tidak seperti apa yang kita bayangkan, namun ditempuh dalam waktu yang lama, bahkan sejak kecil pun harus sudah dilatih berbuat dan bersikap baik, yang tidak mengenai tempat, waktu dan situasi. Dengan memberikan latihan-latihan berbuat baik diharapkan peserta didik kelak menjadi dewasa ia mempunyai kepribadian muslim, yang dari aspek-aspek kepribadian tersebut harus dilandasi dengan ajaran Islam.
3. Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Peserta Didik
Pendidikan agama yang diterima oleh anak didalam keluarga merupakan bekal untuk melanjutkan pendidikan di sekolah, hal ini kita sadari karena sekolah merupakan tindak lanjut dari pendidikan keluarga. Sebagai pendidik tentunya juga menyadari hal tersebut bahwa anak datang dari berbagai lingkungan keluarga yang berbeda, artinya berbagai pengalaman yang dibawa oleh anak dari keluarga sehingga akan beraneka ragam corak kepribadiannya. Oleh karena itu seorang pendidik di dalam menjalankan tugasnya, di samping mengajarkan ilmu pengetahuan juga harus dapat membuat hubungan timbal balik terhadap anak didik. Sebab pekerjaan guru itu menyangkut beberapa faktor yaitu :
- Jiwa atau kepribadian anak yang satu sama lainnya berbeda keadaannya, pertumbuhan dan perkembangannya serta wataknya, yang kesemua itu membutuhkan bimbingan yang tepat dari guru.
- Kepribadian guru itu sendiri merupakan alat yang sangat tajam bagi pelaksanaan pendidikan anak di dalam pendidikan sekolah, sehingga kepribadian guru menjadi ciri dari kesuksesannya.
- Ilmu pengetahuan yang harus dimiliki oleh guru,seperti metodologi pengajaran, karena dengan ilmu pengetahuan inilah yang akan masuk pada jiwa anak didik.[9]
Dalam hal ini tentu saja peranan gurulah yang sangat' menentukan dalam pembinaan kepribadian anak, karena di samping guru berperan sebagai pengajar, guru juga berperan sebagai pendorong dan pengarah serta bertanggung jawab untuk melihat segala yang terjadi pada diri peserta didik sehingga perilaku keseharian peserta didik dapat selalu dipantau dan diawasi.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari apa yang dikemukakan oleh Slameto, bahwa secara terperinci tugas guru itu berpusat pada :
- Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
- Memberikan fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai
- Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan penyesuaian diri.[10]
[1]Agus Sujanto dan Halem Lubis Taufik Hadi, Psikologi Kepribadian, Bumi Aksara Jakarta, 2001, hlm 10.
[3]Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, Raja Grafmdo, Jakarta , 2002, hlm. 205-206.
[5]Jalaludin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, Grafindo Persada, Jakarta , 1996, hlm. 95.
[7]Departemen Agama RL, Al Quran dan Terjemahnya,, Op. Cit., hlm. 951.
[8]Abdul Sani, Anak yang Sholeh, Bulan Bintang, Jakarta, 1974, hlm. 65.
[9]Muhammad Arifin, Op. Cit., hlm. 128