PENDIDIKAN ISLAM MASA PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN DINASTI UMAYAH


“PENDIDIKAN ISLAM MASA PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN
DINASTI UMAYAH”.

A.     Masa Pembinaan.
Pada masa pembinaannya yang berlangsung pada zaman Muhammad saw Pendidikan Islam berarti memasukkan Islam kedalam unsur-unsur budaya bangsa arab pada masa itu. Sehingga diwarnai oleh Islam. Dalam pembinaan tersebut, ada beberapa kemungkinan yang terjadi, yaitu:
1.      Adakalanya Islam mendatangkan unsur-unsur yang sifatnya memperkaya dan melengkapi unsur budaya yang telah ada, seperti Al-Qur’an . Didatangkannya Al-Qur’an oleh Nabi Muhammad saw untuk dihafalkan dan dipelajari oleh umatnya pada masa itu, adalah memperkaya budaya sastra arab, yang pada masa itu diakui mempunyai tingkatan yang tinggi, kalau pada mulanya mereka memiliki kebanggaan untuk membaca dan menghafalkan sya’ir-sya’ir yang indah, maka dengan didatangknnya Al-Qur’an yang tidak kalah indahnya dari segi sastra itu, berarti mereka merasa unsur budaya mereka diperkaya dan di sempurnakan.
2.      Adakalanya Islam mendatangkan suatu ajaran  yang sifatnya meluruskan kembali nilai-nilai yang dalam kenyataan praktisnya sudah menyimpang pada ajaran aslinya. Contoh dalam hal ini adalah ajaran Tauhid. Bahwa Allah swt sebagai pencipta bumi, langit dan alam semesta ini, telah ada dalam kepercayaan mereka sebelum Islam datang. Tetapi dalam kehidupan sehari-hari mereka tidak berhubungan langsung dengan Allah swt. Mereka menggunakan perantara-perantara yaitu berhala berhala sebagai Tuhan yang disembah, dan dalam prakteknya mereka hanya berhubungan langsung dengan berhala-berhala tersebut dalam urusan kehidupan sehari-hari.
Islam datang, melururskan kepercayaan tauhid tersebut, dan mengajarkan hububngan langsung antara manusia dan Allah, menyembah, memohon pertolongan dan petunjuk kepada-Nya tanpa perantara dengan berhala-berhala.
3.       Adakalanya Islam mendatangkan ajaran yang sifatnya bertentangan sama sekali dengan budaya yang ada sebelumnya. Dalam hal yang demikian, Nabi Muhammad saw sangat berhati-hati dalam mengubahnya agar tidak sampai terjadi gejolak dalam masyarakat.
4.      Budaya yang telah ada dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam, pada umumnya dibiarkan tetap berlaku dan berkembang dengan mendapatkan pengarahan-pengarahan seperlunya. Pada umunya pada kehidupan perekonomian, sarana pemenuhan kebutuhan hidup dan unsur-unsur  kebutuhan manusiawi yang telah ada dibiarkan berkembang dengan menjaga agar jangan sampai merugikan, baik kepentingan perorangan, masyarakat maupun perkembangan budaya islami pada umumnya. Tujuannya adalah mendatangkan bagi kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

B.      Masa Perkembangan Dinasti Umayyah.
Menurut K Ali, Muawiyah membagi atas dua kelompok dewan syura yaitu swra khas (pusat). Dan Majelis syura sementara (ad hoc) yang memiliki jumlah lebih banyak terdiri dari berbagi provinsi dan kota. Pembangunan dan komunikasi yang kurang baik diberbagai provinsi dan kota. Muawiyah berkonsultasi agama dengan Majelis Syura. Satu sisi is cukup membuka ruang demokrasi dengan berkonsultasi dengan  anggota dewan, majelis syura, namun disisi lain ia juga mengkampanyekan  bentuk pemerintah anarki dengan megangkat zaid sebagai putera mahkota, bahkan ia menyampaikan barang siapa tidak terima jika Islam maju bersama kepemimpinan model kesulitannya maka pedang yang akan meluruskannya. Karena hal tersebut diatas maka orang-orangpun berduyun-duyun menyatakan sumpah setia kepada Yazid. Sekalipun muawiyah tahu, bahkan kebanyakan dari para sahabat Nabi yang terkemuka tidak terima dengan munculnya yazid.
Maka kekuasaan yazid sangat singakat yaitu pada 680-683. Ia dibai’at oleh rakyat dengan setengah hati terutama penduduk mekah dan madinah, yazid memilki kemampuan dan memimpin perang lebih baik, jika di banding dengan hasan maupun husen. Yazid perang melawan Bizantium sebanyak 27 kali (meskipun tidak berhasil menaklukan  Konstantinopel). Masa pemerintahannya meskipun monarki namun masih tegrdapat Majelis Syura yang menandakan tetap demokratis. Para dinasti ini tetap memakai gelar ‘khalifah’ 7 ada dewan syura dan sebagai penguasa yang legitimet. Mereka masih membutuhkan pengakuan rakyat,meskuipun demikian, kadar presentase  demokrasi sangat tipis tidak seperti pembai’atan  terhadap Kholifah Abu Bakar.
Periode yazid ditandai dengan tiga keburukan  dan hanya berbuat satu kebaikan, yaitu pada tahun pertama masa kekuasaan yazid ibnu Muawiyah, cucu Nabi, Husen terbunuh di Karbala menyebabkan golongan syi’ah lahir secara sempurna dan menjadi penentang utama kekuasaannya. Tahun kedua, tentara yazid menyerang habis-habisan Kota Madinah dalam peperangan di Harra yang mengakibatkan citra pasukan Islam tercorang dimuka sendiri. Menurut catatan Al-Fakhri yang dikenal sebagai ibnu tiktika dalam bukunya yang berjudul Kitab Al-Fakhri fi Adab Saltaniyah wa Aldaulah Al-Islamiyah. (Beirut, 1380 H/1960: 180)): “Bahwa setelah tentara yazid mengotori kota madinah dengan memperkosa wanita, tidak seorangpun orang tua yang yang berani/ tegas dapat menyatakan bahwa anak gadis mereka masih perawan (Karim, 2006: 13).” Pada tahun ketiga kekuasaannya, tentara yazid menyerang dan membakar Ka’bah. Hal-hal tersebut dilakukan akibat dari tidak diakuinya yazid sebagai kholifah dari para sahabat termasuk Husen, Abdullah ibn Zubair , dan terutama penduduk Madinah. Setelah pembantaian di Karbala, mereka berontak dan mengaku Abdullah ibn Zubair menjadi kholifah mereka. Pada masa pemerintahannya, Yazid hanya membuat satu kebaikan, yaitu mengangkat kembali Uqbah bin nafi’i menjadi gubernur yang kedua kalinya di ifriqiyah.
Saat penyerangan dan pengepungan terhadap Baitullah masih berlanjut, tiba-tiba ada kabar bahwa Yazid meninggal dunia (24 september 683 M), maka para tentara tersebut kembali ke damaskus. Penggantinya adalah muawiyah EC putera Yazid, tapi kurang tertarik dengan kekuasaan. Setelah beberapa bulan memangku jabatan kekholifahan, Muawiyah II meninggal dunia. Dialah terakhir kholifah dari keluarga Abu sofyan. Muawiyah II tidak mempunyai putera, saudaranya ibn Yazid diabaikan oleh para pembesar dari kalangan Umayah. Karena, Saat itu Negara membutuhkan  seorang pengusa yang kuat setelah menjadi kholifah, marwan menikahi ibunya kholid yang ia abaikan hak kholid sebagai pewaris muawiyah II.
Melihat situasi dan kondisi Negara akibat naiknya marwan sebagai kholifah, yang mengakhiri kekuasaan dari keluarga abu sofyan, maka ia dengan segera mengesahkan Abdul Malik sebagai pewaris tahta. Abdul Malik 685-785 M setelah menjadi Kholifah, ia menghadapi berbagai tantangan. Satu sisi muncul Mukhtar sebagai pembela kematian Husen di Karbala , disisi lain musuh utama Umayah, Abdullah ibn Zubair masih Kholifah yang megendalikan Mekah dan Madinah (selama 9 tahun). Sementara itu orang Kufah juga menolak kedaulatannya. Disisi lain, Khowarij dan orang Syi’ah mengoyahkan pemerintahan Umayah. Semua lawan dihadapi dengan cara yang berbeda dan akhirnya dapat membasmi kesemuanya. Keberhasilan abd al-malik yang palling besar jasanya adalah mengakat Gubernur Jendral Hajjaj ibn yusuf. Saat menjelang wafat. Abd al-Malik meninggalkan Negara yang aman tentram dan makmur, maka ia dijuluki, sebagai pendiri dinasti umayah yang kedua.

C.      Masa Pembaharuan Pendidikan Islam.
Sebenarnya kesadaran akan kelemahan dan ketertinggalan kaum muslimin dari bangsa-bangsa Eropa dalam berbagai kehidupan-kehidupan ini, telah timbul mulai abad ke-11 H/ 17 M dengan kekalahan-kekalahan yang diderita oleh kerajaan Turki Utsmani dalam peperangan dengan negara-negara Eropa. Kekalahan-kekalahan tersebut mendorong raja-raja dan pemuka-pemuka kerajaan untuk menyelidiki sebab-sebab kekalahan mereka dan rahasia keunggulan lawan. Mereka memulai memperhatikan kemajuan-yang dicapai oleh eropa, terutama dibidang militer dan



untuk melengkapi perpustakaan makalah silahkan klik download dibawah ini
semoga bermanfaat 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar