BIMBINGAN DAN KONSELING
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Jika ditelaah dari berbagai sumber akan
dijumpai pengertian yang berbeda mengenai bimbingan tergantung dan jenis
sumbernya dan yang merumuskan pengertian tersebut. Untuk itulah agar dapat
secara luas dan komprehensif mengetahui definisi bimbingan, penulis kemukakan
beberapa definisi dari para ahli sebagai berikut :
Bimbingan merupakan terjemahan dan “Guidance”
yang berasal dan bahasa Inggris. Secara harfiah, istilah "Guidance"
dan akar kata "Guide" berarti (1) mengarahkan (to direct),
(2) memandu (to pilot), (3) mengelola
(to manage) dan (4) menyetir (to steer)[1]
Menurut Crov and Crow, bimbingan adalah
"bantuan yang diberikan oleh seorang laki-laki atau perempuan yang
memiliki kepribadian yang baik dan pendidikan yang memadai dan terlatih dengan
baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan
hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri, dan menanggung bebannya
sendiri."[2]
Menurut Dewa Ketut Sukardi, bahwa
"bimbingan adalah merupakan proses pemberian bantuan kepada seseorang atau
kelompok orang secara terus menerus dan sistematik oleh guru pembimbing agar
individu atau kelompok individu menjadi pribadi yang mandiri”.[3]
Stoops dan Walquist mendefinisikan bahwa
"bimbingan adalah proses yang terus menerus dalam membantu perkembangan
individu untuk mencapai kemampuannya secara maksimum dalam mengarahkan manfaat
sebesar-besarnya bagi dirinya maupun bagi masyarakat."[4]
Dari definisi yang telah di kemukakan para
ahli di atas, mempunyai cara pandang yang berbeda-beda dan variasi yang
mencolok satu dengan yang lain. Walaupun demikian tetap terdapat unsur dan
tujuan yang menunjukkan kesamaan, di antaranya sebagai berikut :
a.
Bimbingan
merupakan suatu proses, yang berkesinambungan, bukan kegiatan yang seketika
atau kebetulan. Bimbingan merupakan: serangkaian tahapan kegiatan yang
sistematis dan berencana yang terarah kepada pencapaian tujuan.
b.
Bimbingan
adalah usaha pemberian bantuan atau pertolongan, makna bantuan dalam hal ini menunjukkan bahwa pembimbing
tidak memaksakan kehendaknya sendiri, tetapi hanya berperan sebagai fasilitator
di mana yang aktif dalam mengembangkan
diri, mengatasi masalah, atau mengambil keputusan adalah individu itu sendiri.
c.
Individu
yang dibantu adalah orang-orang dan berbagai usia baik pria ataupun wanita dalam perseorangan maupun kelompok dan
individu dalam hal ini yaitu individu yang sedang berkembang . Tetapi bantuan
yang berlaku umum bagi setiap individu disesuaikan dengan pengalaman,
kebutuhan, dan masalah individu yang
komprehensif.
d.
Bimbingan
diberikan oleh tenaga ahli, yang bertujuan untuk perbaikan kehidupan orang yang
dibimbing agar berkembang sesuai dengan potensi dan si sistem nilai tentang
kehidupan yang baik dan benar, yang ditandai dengan perkembangan optimal dalam
kondisi yang dinamik.[5]
Adapun pengertian konseling berasal dari.
bahasa Inggris "to counsel" yang secara etimologis "to give
advice" artinya memberi saran dan nasihat.[6]
Dalam bukunya, Winkel memaparkan
pengertian konseling (counseling)
dikaitkan dengan kata "counsel yang diartikan nasihat (to
obtain counsel) : anjuran (to give counsel) dan pembicaraan {to
take counsel)[7] dengan
demikian dari pengertian counselling di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
konseling diartikan sebagai pemberian saran dan nasihat, pemberian anjuran
dalam pembicaraan dengan bertukar pikiran.
Kemudian istilah konseling mengalami
perkembangan yang di kemukakan dengan berbeda-beda tapi 'intinya sama dan
saling melengkapi, untuk lebih jelasnya, penulis menampilkan beberapa
pengertian dari berbagai ahli sebagai berikut :
Burks dan Steffle mengartikan konseling
adalah :
Konseling
merupakan suatu hubungan profesional antara seorang konselor terlatih dan
seorang klien. Hubungan ini biasanya orang per orang, meskipun Sering kali
melibatkan lebih dari dua orang, meskipun sering kali melibatkan lebih dari dua
orang. Hubungan tersebut dirancang untuk membantu para klien memahami dan
memperjelas pandangan hidupnya, dan belajar mencapai tujuan yang ditentukan
sendiri melalui pilihan-pilihan yang bermakna dan penyelesaian
masalah-masalah emosional atau antar pribadi"[8]
Dari pengertian di atas menjelaskan bahwa adanya hubungan yang
harmonis antara konselor dan klien yang nantinya tercipta proses yang dirancang
atau direncanakan untuk membantu klien membuat pilihan-pilihan dalam
mengarahkan masalahnya.
ASCA (American School Counselor Association) mengemukakan
bahwa : "Konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat, rahasia,
penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada
klien. Konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilan untuk membantu
kliennya mengatasi masalah-masalahnya.[9]
Sementara Dewa Ketut Sukardi menjelaskan bahwa "konseling
adalah bantuan yang diberikan kepada klien dalam memecahkan masalah kehidupan,
dengan wawancara yang dilakukan secara face to face, atau dengan
cara-cara yang sesuai dengan keadaan klien yang dihadapi untuk mencapai
kesejahteraan hidup”.[10]
Berdasarkan
beberapa pengertian di atas dapat dicermati antara lain :
1. Konselor adalah seorang yang cukup
terlatih (profesional) atau punya Keterampilan khusus dalam bidang konseling
2. Interaksi terjadi antara klien dan
konselor yang dilakukan, dengan cara face to face
3. Tujuan konseling membantu dan menolong
klien untuk menerima keadaannya, menemukan jalan keluar atas masalah-masalahnya
dan mendapatkan kesejahteraan dalam hidupnya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat
diperjelas bahwa konseling merupakan satu saluran bagi pemberian bimbingan, Di
samping itu istilah bimbingan selalu dirangkaikan dengan istilah konseling, hal
ini dikarenakan bimbingan dan konseling itu merupakan suatu kegiatan yang
integral, konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan.
dengan pandangan ini bimbingan memiliki pengertian yang lebih luas dibandingkan
dengan pengertian konseling, dan konseling merupakan bagian dari bimbingan.
2.
Tujuan
Bimbingan dan Konseling
Urgensi bimbingan dan konseling semakin
terasa. kemajuan berpikir dan kesadaran manusia akan dirinya dan dunianya,
telah mendorong terjadinya globalisasi. Situasi global membuat kehidupan
semakin kompetitif, sehingga membuka peluang bagi manusia untuk mencapai status
dan tingkat kehidupan yang lebih baik. Untuk itulah diperlukan sarana secara
tepat dan teratur dalam mendorong manisi untuk hidup lebih optimal dengan
segala permasalahan yang dihadapinya.
Berdasarkan masalah di atas, maka secara
umum layanan bimbingan dan konseling adalah membantu peserta didik mengenal bakat, minat dan kemampuannya, serta
memilih dan menyesuaikan diri dengan kesempatan pendidikan untuk merencanakan
karier yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja.[11]
Kemudian secara khusus Syamsu Yusuf dan
Juntika Nurihsan merinci tujuan bimbingan konseling meliputi sebagai, berikut:
a. Tujuan bimbingan dan konseling yang
terkait dengan aspek pribadi sosial
individu dalam hal mi membantu agar:
1. Memiliki komitmen yang kuat dalam
mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan, Yang Maha Esa.
2. Memiliki sikap toleransi, saling
menghormati dan memelihara hak dan kewajiban masing-masing.
3. Memiliki, pemahaman tentang irama
kehidupan yang bersifat fluktuatif
4. Memilih pemahaman dan penerimaan diri
secara objektif
5. memiliki sifat positif
6. Meniliki kemampuan melakukan pilihan
secara sehat.
7. Bersifat respek terhadap orang lain
8. Memiliki rasa tanggung jawab
9. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial.
10. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan
konflik.
11. Memiliki kemampuan mengambil keputusan
secara efektif.
b. Tujuan bimbingan dan konseling yang berkait
dengan aspek akademik (Belajar) adalah sebagai berikut:
1.
Memiliki
sikap dan kebiasaan belajar yang positif
2.
Memiliki
motif yang, tinggi untuk belajar sepanjang hayat
3.
Memiliki
keterampilan atau teknik belajar yang efektif
4.
Memiliki
keterampilan untuk menetapkan tujuan
dan perencanaan pendidikan
5.
Memiliki
kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian
c. Tujuan bimbingan dan konseling yang
terkait dengan aspek karier adalah sebagai berikut :
1.
Memiliki
pemahaman diri (kemampuan dan minat)
2.
Memiliki
sikap positif terhadap dunia kerja
3.
Memiliki
kemampuan untuk membentuk intensitas kerja.
4.
Memiliki
kemampuan merencanakan masa depan
5.
Dapat
membentuk pola-pola karier yaitu kecenderungan ke arah karier
6.
Mengenal
keterampilan, kemampuan dan minat.[12]
Selain beberapa tujuan di atas, Rumusan tujuan bimbingan dan
konseling dapat diketahui melalui definisi bimbingan dan konseling yang telah
dibahas di muka, Crow and Crow misalnya, menyebutkan bahwa bimbingan diberikan
untuk mengatur kehidupannya sendiri, membuat Keputusannya sendiri dan
menanggung bebannya sendiri.[13]
Di samping itu, W. S. Winkel menyebutkan tujuan bimbingan ialah supaya orang
mampu mengatur kehidupannya sendiri, mengambil sikap sendiri, mempunyai
pandangan sendiri dan menanggung sendiri konsekuensi/resiko dan
tindakan-tindakannya.[14]
Dari dua redaksi yang memaparkan tujuan
tersebut di atas mempunyai bahasa yang berbeda tetapi memiliki inti tujuan yang
sama yakni berkembangnya pribadi yang optimal dan mandiri dengan kemampuan yang
dimilikinya.
Pribadi mandiri dijelaskan Dewa Ketut
Sukardi, hendaknya menjalankan lima fungsi,
yaitu mengenal diri sendiri dan lingkungannya sebagaimana adanya,
menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis, mengambil
keputusan dan mengarahkan diri serta mewujudkannya dirinya.[15]
Melihat penjabaran tujuan bimbingan dan
konseling tersebut nampak bahwa tercapainya pemahaman diri yang diikuti dengan
kemampuan diri merupakan tujuan bimbingan dan konseling yang menjadi prioritas
utama, pemahaman diri menjadi sangat penting karena dengan pemahaman tersebut
seorang akan mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta
menerimanya dengan positif dan dinamis sebagai modal perkembangan diri lebih
lanjut, sedangkan kemampuan pribadi seseorang juga merupakan fondasi dalam
memotivasi dan memberikan kekuatan untuk mengembangkan potensi diri dengan
optimal. Orang yang lemah dalam memahami dirinya dan tidak sadar akan
kemampuannya akan kesulitan dalam merealisasikan diri di tengah-tengah
masyarakat. Di samping itu ia menjadi pribadi yang tidak sehat (bersedih hati
dan rendah diri) yang akan berpengaruh ke keadaan dirinya yang senantiasa labil
(mudah stres dan frustrasi)
3. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Layanan bimbingan terus berkembang untuk
senantiasa memberikan bantuan bagi para peserta didik agar terhindar dari berbagai masalah yang
dihadapinya sehingga masalah-masalah tersebut
tidak menghambat
perkembangannya. Bimbingan tidak hanya terpusat membantu rencana untuk
masa yang akan datang, tidak juga terbatas pada pemilihan pekerjaan maupun
pendidikan, akan tetapi lebih luas dalam membina sikap kebiasaan, mental, emosi
dan kehidupan secara umum.
Dalam hubungan ini bimbingan dan konseling
berfungsi sebagai pemberi layanan kepada peserta didik agar masing-masing
peserta didik dapat, berkembang secara optimal sehingga menjadi pribadi yang
utuh dan mandiri.
Oleh karena itu bimbingan konseling yang
merupakan satu bentuk layanan mengemban tugas penting. Untuk itulah dalam
memenuhi tanggung jawab tersebut melalui kegiatan bimbingan dan konseling akan
dijabarkan beberapa fungsi bimbingan konseling sebagai berikut :
1.
Fungsi
pemahaman
Fungsi
pemahaman yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman
tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuatu dengan kepentingan pengembangan peserta
didik, fungsi ini meliputi
a.
Pemahaman
tentang diri peserta didik sendiri, orang
tua, guru dan guru pembimbing
b.
Pemahaman
tentang lingkungan peserta didik termasuk lingkungan keluarga dan sekolah
c.
Pemahaman
tentang lingkungan .yang lebih luas
(terutama informasi pendidikan informasi jabatan/pekerjaan dan informasi
sosial budaya serta nilai-nilai.
2.
Fungsi
pencegahan
Fungsi
pencegahan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
tercegahnya atau terhindarinya peserta didik dan berbagai permasalahan yang
mungkin timbul yang akan dapat
mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan, kerugian-kerugian dalam
proses perkembangannya.
3.
Fungsi
pengentasan
Fungsi
pengentasan artinya pengobatan atau penyembuhan. Melalui fungsi ini pelayanan
bimbingan dan konseling akan menghasilkan teratasinya berbagai permasalahan
yang dialami, oleh peserta didik. Dalam hal ini bimbingan dan konseling
berusaha membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta didik
baik dalam sifatnya, jenisnya, maupun bentuknya.
4.
Fungsi
pemeliharaan dan pengembangan
Fungsi
pemeliharaan dan pengembangan adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan
terpelihara dan berkembangnya berbagai potensi dan kondisi positif peserta
didik dalam rangka perkembangan dirinya secara
terarah, mantap dan berkelanjutan yang nantinya diharapkan peserta didik
dapat mencapai perkembangan kepribadian secara optimal
5.
Fungsi
advokasi
Fungsi
advokasi yaitu fungsi , bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
pembelaan terhadap peserta didik dalam rangka upaya pengembangan seluruh
potensi secara optimal.[16]
Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui
diselenggarakannya berbagai jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
untuk mencapai hasil yang jelas, teridentifikasi serta dapat dievaluasi, secara
keseluruhan jika semua fungsi-fungsi tersebut berjalan dengan baik dan terpadu,
maka peserta didik akan mampu berkembang secara wajar, mantap menuju
aktualisasi diri secara optimal dalam mewujudkan perkembangan peserta didik
yang terpadu. Artinya bahwa pada fungsi perkembangan lebih khusus akan membatu
individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar
tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi
sebab munculnya masalah lain dalam diri individu tersebut.
4. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling
Prinsip-prinsip yang dimaksud di sini
ialah hal-hal yang menjadi pegangan dalam proses bimbingan dan konseling,
prinsip yang berasal dan kata prinsipi diartikan sebagai permulaan yang dengan
suatu cara tertentu melahirkan hal-hal lain, yang keberadaannya tergantung dari
pemula itu. Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fondasi atau
landasan bagi layanan bimbingan, di mana menurut Prayitno dan Erman Amti
"rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya berkenaan
dengan sasaran pelayanan, masalah, klien, tujuan, dan proses penanganan,
masalah program pelayanan dan penyelenggaraan pelayanan".[17]
Uraian berikut akan di kemukakan beberapa
prinsip-prinsip bimbingan dan konseling :
1. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan
sasaran layanan
a.
Bimbingan
dan Konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin,
suku, agama, dan status sosial ekonomi.
b.
Bimbingan
dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan
dinamis.
c.
Bimbingan
dan konseling memperhatikan perbedaan individu yang menjadi orientasi pokok
pelayanannya.
2. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan
permasalahan individu
a.
Bimbingan
dan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh lingkungan,
penyesuaian diri dengan umur, kontak sosial pekerjaan dan kondisi mental dan
fisik individu.
b.
Kesenjangan
sosial, ekonomi dan kebudayaan.
3. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan
program layanan
a.
Bimbingan
dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan dan perkembangan
individu, sehingga program bimbingan harus disesuaikan dan dipadukan dengan
program pendidikan serta perkembangan peserta didik
b.
Program
bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan kebutuhan individu,
masyarakat dan kondisi lembaga
c.
Program
bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan
yang terendah sampai yang tinggi.
d.
Terhadap
isi dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling perlu adanya penilaian yang
teratur dan terarah.
4. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan
pelaksanaan pelayanan
a.
Bimbingan
dan konseling harus diarahkan untuk perkembangan individu yang akhirnya mampu
membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahannya
b.
Dalam
proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil hendaknya alas kemauan individu sendiri bukan karena kemauan dan desakan
pembimbing atau pihak lain.
c.
Permasalahan-
individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan
permasalahan yang dihadapi.
d.
Kerja
sama antar pembimbing, guru dan orang tua amat menentukan hasil pelayanan
bimbingan.
e.
Pengembangan
program pelayanan bimbingan dan konseling .ditempuh melalui pemanfaatan yang
maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlihat dalam proses pelayanan
dan program bimbingan dan konseling itu sendiri.
Dari beberapa prinsip di alas, berarti
bahwa prinsip-prinsip bimbingan dan konseling tidak lain menunjukkan
seperangkat patokan praktis/landasan praktis/aturan main yang harus diikuti
dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling.
Dengan kata lain prinsip-prinsip bimbingan
dan konseling tersebut merupakan seperangkat landasan praktis/aturan main dalam
program bimbingan dan konseling di mana nantinya guru pembimbing yang telah
memaham, secara benar prinsip-prinsip tersebut dapat menghindarkan diri dari
kesalahan dan penyimpangan-penyimpangan dalam praktek pemberian layanan
bimbingan dan konseling dan dalam kaitannya dengan penerapan di lapangan.
5. Jenis-jenis Bimbingan dan Konseling
Melihat sejarah tahap perkembangan
konsepsi bimbingan dan konseling yang telah dijelaskan di atas, dapat diketahui
bahwa tiap periode tersebut menunjukkan munculnya jenis bimbingan dan konseling
yang berbeda, hal ini didorong oleh permasalahan dan kebutuhan yang berkembang
saat ini. Demikian pula jenis-jenis bimbingan dan konseling yang ada di
sekolah/institusi pendidikan saat ini tidak terlepas dari beragamnya masalah
yang dihadapi oleh peserta didik/klien, sehingga mereka akan memperoleh jenis
bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan dan masalahnya.
Pada kenyataannya bahwa dalam ruang
lingkup sekolah, peserta didik tidak hanya belajar dalam artian penumpukan pengetahuan dari kegiatan instruksional.
Dalam proses belajar peserta didik juga dihadapi situasi yang bersangkutan
dengan masalah pribadinya (personal) dan pergaulan/interaksi dalam masyarakat
nantinya (sosial).
Di samping itu, perencanaan masa depan pun
harus mulai dipersiapkan oleh para peserta didik. Tiga bidang permasalahan
tersebut yang kemudian menjadi fokus
perhatian pelayanan Bimbingan dan Konseling, yang secara langsung merupakan
menjadi jenis Bimbingan dan Konseling itu sendiri, yaitu sebagai berikut :
1.
Bimbingan
Akademik
Ialah
bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program
studi yang sesuai dan dalam mengatasi kesukaran-kesukaran yang timbul berkaitan
dengan tuntutan-tuntutan belajar
di suatu institusi pendidikan. [18]
Suatu
program bimbingan di bidang belajar akademik meliputi usaha di antaranya :
a.
Memberikan
orientasi kepada peserta didik baru
tentang tujuan institusional isi kurikulum pengajaran, struktur organisasi
sekolah, cara-cara belajar yang tepat
dan penyesuaian diri dengan corak pendidikan di sekolah bersangkutan.
b.
Penyadaran
kembali secara berkala tentang cara belajar yang tepat selama mengikut)
pelajaran di sekolah dan selama belajar di rumah, secara individual ataupun
secara kelompok.
c.
Bantuan
dalam hal ini memilih program studi yang sesuai memilih kegiatan non-akademik
yang menunjang usaha belajar dan memilih program studi di tingkat pendidikan
yang lebih tinggi. Bantuan ini mencakup pula penyebaran informasi tentang
program studi yang tersedia misalnya di jenjang pendidikan tinggi, serta
informasi tentang beberapa Perguruan Tinggi yang bisa dimasuki tanpa melalui
tes, tetapi melalui jalur bakat dan prestasi.
d. Pengumpulan data mengenai kemampuan
intelektual, bakat khusus, minat cita-cita, dan prestasi belajar peserta didik setiap semester untuk masing-masing bidang
studi.
e. Bantuan dalam hal mengatasi
kesulitan-kesulitan belajar, seperti kurang dapat berkonsentrasi, kurang
menguasai cara belajar yang baik dan sebagainya.
f. Bantuan dalam hal membentuk
kelompok-kelompok belajar dan mengajar kegiatan-kegiatan belajar kelompok
supaya berjalan efektif dan efisien.[19]
Persiapan dalam memilih
sekolah lanjutan, bimbingan akademik ini berhubungan erat dengan bimbingan
karier. Kesalahan dalam menentukan atau memilih studi slanjutan akan menyebabkan
kemungkinan tertutupnya lapangan pekerjaan di masa yang kan datang karenanya
pembagian jenis bimbingan dan konseling tidak bersifat mutlak. Dalam
pelaksanaannya ketiga jenis bimbingan saling berkaitan dan saling mempengaruhi.
Contohnya : keberhasilan atau kegagalan dalam studi akademik berpengaruh besar
terhadap pandangan tentang diri sendiri, apakah itu akan positif atau negatif.
Dengan demikian bimbingan akademik berperan dalam perkembangan kepribadian.
2. Bimbingan Karier
Ialah bimbingan dalam mempersiapkan diri
menghadapi dunia pekerjaan, merencanakan dan mengembangkan masa depan karier.
Bidang karier ini dapat dirinci menjadi
pokok-pokok berikut :
a. Pematangan pemahaman diri berkenaan dengan
kecenderungan karier yang hendak dikembangkan
b. Pematangan orientasi dan informasi karier
pada umumnya, khususnya karier yang dikembangkan
c. Orientasi dan informasi terhadap dunia
kerja dan usaha memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup
d. Orientasi dan informasi terhadap pendidikan
yang lebih tinggi, khususnya sesuai dengan karier yang hendak di kembangkan. [20]
Peranan
sekolah dalam bimbingan karier ini menjadi semakin penting mengingat
sekarang ini di dunia kerja semakin ketat. Upaya sekolah dalam bimbingan karier
dapat berupa penyediaan berbagai studi sebagai persiapan untuk memasuki dunia
pekerjaan maupun berupa penyajian kegiatan-kegiatan bimbingan yang mencakup
hal-hal yang berkaitan dengan dunia pekerjaan.
3. Bimbingan Pribadi Sosial
Adalah bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya
sendiri dan mengatasi
pergumulan-pergumulan dalam hatinya sendiri dalam mengatur dirinya sendiri,
penyaluran seksual dan sebagainya serta bimbingan dalam membina hubungan
kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungannya.[21]
Bimbingan pribadi sosial ini sangat
dibutuhkan terutama oleh peserta didik
Pada sekolah menengah. Usia pada sekolah menengah adalah usia di mana
peserta didik sedang dalam masa pubertas
yang ditandai oleh adanya perubahan-perubahan pesat dalam aspek biologis dan
psikologis. Terjadinya perubahan tersebut menimbulkan kebingungan di kalangan
mereka sehingga mereka akan mengalam, gejolak emosi dan konflik-konflik, baik
dalam diri maupun konflik antar diri dengan orang baik, terbelenggu perasaan
galau. sedih dan frustrasi serta kekhawatiran yang sangat tidak akan lulus.
Sedang masalah sosial yang kerap dihadapi oleh peserta didik dalam Lingkup sekolah adalah hubungan dengan
teman-teman maupun anggota kelompok. Karenanya bimbingan pribadi – sosial ini
hendaknya mendapat porsi yang lebih untuk peserta didik di sekolah menengah.
Bimbingan pribadi – sosial yang diberikan
di tingkat pendidikan menengah sebagian disalurkan melalui bimbingan kelompok
sebagian lagi melalu, bimbingan
individual serta mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
a. Informasi tentang fase/tahap perkembangan
yang sedang dilalui oleh peserta didik
remaja, antara lain tentang konflik batin yang dapat timbul dan tentang
cara-cara bergaul yang baik. Termasuk di sini apa yang disebut education,
yang tidak hanya mencakup penerangan seksual, tetapi juga corak pergaulan
antara jenis kelamin
b. Pemantapan pemahaman diri yang mencakup
tentang kekuatan diri dan pengembangannya untuk peranannya di masa depan, s
erta pemantapan entang kelemahan diri dan usaha penanggulangannya.
c. Penyadaran akan keadaan masyarakat dewasa
ini yang semakin berkembang ke arah masyarakat modern, sehingga peserta
didik dapat menghadapinya dan
beradaptasi dengan baik.
d. Pengaturan diskusi kelompok mengenai
kesulitan yang dialami oleh kebanyakan peserta didik . Diskusi ini akan membuat
peserta didik menyadari bahwa
teman-temannya mengalami kesulitan yang sama (dalam hal pertumbuhan dan
perkembangan fase pubertas) untuk kemudian di diskusikan pemecahannya.
e. Pengumpulan daya yang relevan untuk
mengenal kepribadian peserta didik . Misalnya sifat-sifat kepribadian yang
tampak dalam tingkah laku, latar belakang keluarga dan keadaan kesehatan.[22]
6. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling
Asas adalah segala hal yang harus dipenuhi
dalam melaksanakan suatu kegiatan, agar kegiatan tersebut dapat terlaksana
dengan baik serta mendapatkan Hasil yang memuaskan, dalam kegiatan/layanan
Bimbingan dan Konseling menurut Prayitno (1982) ada beberapa asas yang perlu
diperhatikan :
a. Asas Kerahasiaan
Asas ini mempunyai makna sangat penting
dalam layanan Bimbingan Konseling, asas mi juga bisa disebut dengan asas kunci
dalam pemberian layanan tersebut. Dapat dikatakan bahwa sebagian keberhasilan
layanan Bimbingan Konseling banyak ditentukan oleh asas ini, sebab pada asas
ini klien akan membuka keadaan dirinya menyangkut masalah pribadi yang menuntut
konselor dapat menyimpan rahasia-rahasia tersebut: karena dengan keterbukaan
itu konselor akan mudah menemukan penyebab timbulnya masalah serta mempermudah pula
dalam mencarikan pemecahan masalah yang dihadapi klien.
b. Asas Keterbukaan
Konselor harus berusaha untuk menciptakan
suasana keterbukaan dalam membahas masalah yang dialami klien. Klien terbuka
dan merasa bebas menyampaikan perasaan, pikiran dan keinginannya yang
diperkirakan sebagai sumber timbulnya permasalahan dan konselor pun dapat
menerimanya dengan baik dan memberikan tanggapan atas masalah yang disampaikan
klien, tetapi asas ini akan terwujud bilamana asas kerahasiaan mendukung
terciptanya kondisi tersebut.
c.
Asas
kesukarelaan
Konselor
mempunyai peran utama dalam mewujudkan
asas kesukarelaan ini, konselor harus mampu mencerminkan asas ini dalam
menerima kehadiran klien. Kondisi konselor pun harus mendukung, jangan
dipaksakan dan sebaliknya bila klien tidak sukarela dalam menyampaikan
masalahnya, konsultasi tidak akan berjalan efektif, dengan kondisi tersebut
klien akan enggan mengemukakan masalah yang dihadapinya, intinya asas ini juga
diperlukan keseimbangan dengan asas keterbukaan.
d.
Asas
kekinian
Pemecahan
masalah dalam kegiatan konseling seharusnya terfokus pada masalah-masalah yang
dialami pada saat ini apa yang dipikirkan dan dirasakan klien pada saat
konsultasi permasalahannya, hal inilah yang harus menjadi pusat perhatian
konselor dalam rangka mencari pemecahannya, misalnya klien mengeluh prestasi
belajarnya rendah, maka hendaknya berorientasi pada masalah yang berkaitan
dengan rendahnya prestasi belajar tersebut.
e.
Asas
kegiatan
Usaha
layanan bimbingan dan konseling akan dapat berlangsung baik, bilamana klien mau
melaksanakan sendiri kegiatan yang telah dibahas dalam layana itu. Oleh karena itu konselor hendaknya mampu
memotivasi klien untuk melaksanakan semua saran yang dengan sendirinya, tetapi
harus diusahakan oleh klien itu sendiri.
f.
Asas
kedinamisan
Arah
layanan bimbingan dan konseling yaitu terwujudnya perubahan dalam diri klien
yaitu perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik sesuai dengan sifat
keunikan manusia, maka konselor harus memberikan layanan seirama dengan
perubahan-perubahan pada diri klien. Perubahan itu tidak hanya sekedar
pengulangan-pengulangan yang bersifat monoton, melainkan perubahan menuju pada
suatu kemajuan.
g.
Asas
keterpaduan
Kepribadian
klien merupakan suatu kesatuan dan berbagai macam aspek dalam pemberian layanan
juga harus memperhatikan keterpaduan isi dan proses layanan yang diberikan
disamping memperhatikan juga aspek-aspek kepribadian klien yang diarahkan untuk
mencapai keharmonisan, karena apabila tidak terwujud keterpaduan tersebut
justru akan mendatangkan masalah baru.
8. Asas
kenormatifan
Maksud
dan asas ini ialah usaha layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan itu
hendaknya tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, sehingga tidak
terjadi penolakan dan individu yang dibimbing, baik penolakan dalam prosesnya
maupun saran-saran atau keputusan yang dibahas dalam konseling.
9. Asas
keahlian
Layanan
bimbingan dan konseling adalah profesional, oleh karena itu tidak mungkin
dilaksanakan oleh orang-orang yang tidak dididik dan dilatih atau dipersiapkan
untuk itu, layanan konseling menuntut suatu keterampilan khusus. Konselor harus
benar-benar terlatih untuk itu, sehingga layanan tersebut benar-benar
profesional.
10. Asas
alih tangan
Asas
ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pemberian layanan yang tidak
tepat, konselor bukanlah tenaga yang serba bisa dan serba tahu, sehingga dalam
pemberian layanan ini perlu membatasi diri sesuai dengan keahliannya. Bila
ditemukan masalah-masalah, klien tersebut di luar bidang keahliannya, maka
konselor hendaknya segera mengalih tangankan kepada ahli lain. Setiap masalah
hendaknya ditangani oleh ahli yang berwenang untuk itu.
11. Asas tut wuri handayani
Setelah
klien mendapatkan layanan, hendaknya klien merasakan bahwa layanan tersebut
tidak hanya pada saat klien mengemukakan persoalannya, diluar itu makna
bimbingan dan konseling tetap bisa dirasakan, sehingga tercipta hubungan
harmonis antara konselor dan kliennya, dan hendaknya klien merasa terbantu dan
aman atas pemberian layanan tersebut. Dalam pemecahan masalah, konselor
sewaktu-waktu siap membantunya
bila dalam pelaksanaannya, klien
mengalami masalah atau benturan-benturan lagi.[23]
[1]Syamsu Yusuf LN, A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan
Konseling, Rosda Karya, Cet. I, Bandung,
2005, hlm. 5.
[2]Hallen. A, Bimbingan dan Konseling, Ciputat
Press, Cet. I, Jakarta,
2002, hlm. 4.
[3]Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program
Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hlm. 20.
[4]Hellen A, Loc Cit.
[6]Hellen A, Op Cit, hlm. 9
[7]W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan, Gramedia, Jakarta,
1991, hlm. 62.
[8]Abu Bakar Braja, Psikologi dan Teknik Konseling, Studia
Press, cet I, Jakarta,
2004, hlm. 10
[9]Syamsu Yusuf, LN, Dr. A. Juntika Nurihsan, Op Cit.,
hlm. 8
[10]Dewa Ketut Sukardi, Dasar-Dasar Bimbingan dan
Penyuluhan di Sekolah, Usaha Nasional, Surabaya, 1983, hlm. 67
[11]Dewa Ketut Sukardi, Op Cit., hlm. 28
[13]Hellen, A., Op. Cit., hlm. 4
[14]W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Menengah, Gramedia, Jakarta,
1985, hlm. 17
[15]Dewa Ketut Sukardi, Op. Cit., hlm. 20
[16]Hellen A, Bimbingan dan Konseling, Ciputat
Pres, Jakarta,
2002, hlm. 61
[18] WS. Winkel, Op Cit., hlm. 125
[19] Ibid., hlm. 126
[20]Dewa Ketut Sukardi, Op Cit, hlm. 41.
[21]WS. Winkel, 1991, Op Cit., hlm. 127
[23]Soertjipto, A. & Raflis Kosasi, Profesi
Keguruan, Rineka Cipta, Cet. II, Jakarta, 2004, hlm. 75
untuk melengkapi perpustakaan makalah silahkan klik download dibawah ini
semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar