MEDIA PENDIDIKAN ISLAM
Dalam kaitannya dengan usaha
menciptakan suasana yang kondusif itu, alat/media pendidikan atau pengajaran
mempunyai peranan yang sangat penting. Sebab alat/media merupakan sarana yang
membantu proses pembelajaran dapat di perkaya dengan berbagai alat atau media
pengajaran. Guru dapat menciptakan berbagai situasi kelas, menentukan metode
pengajaran yang akan di pakai dalam situasi berlainan dan menciptakan iklim
yang emosional yang sehat di antara murid-muridnya. Bahkan alat atau media
pengajaran ini selanjutnya membantu guru “membawa” dunia ke dalam kelas. Dengan
demikian ide yang Abstrak dan samar-samar (Remote) sifatnya menjadi konkret dan
mudah di mengerti oleh murid. Bila alat atau media ini dapat di fungsikan
secara tepat, maka murid akan banyak terlibat dalam proses pembelajaran,
sehingga pengalaman belajar anak dapat di tingkatkan.
1.
Pengertian Alat atau Media
Pendidikan.
Dengan singkat media sering kali
disebut alat pengajaran, dan akhirnya media atau alat-alat yang di pakai untuk
memperoleh gambaran tentang taraf
pencapaian tujuan pendidikan. Dari beberapa literatur tidak terdapat perbedaan
pengertian alat dan media pendidikan, Zakiyah Daradjat menyebutkan alat
pendidikan sama dengan media pendidikan, sarana pendidikan, sedangkan dalam
kepustakaan asing sementara ahli Istal Audio Visual Aids (AVA) Teaching
Material, Instruksional material.
Term atau berarti barang sesuatu yang
di pakai untuk mencapai suatu maksud. Sedangkan media berasal dari bahsa latin
dan bentuk jama dari medium-medium, secara harfiah berarti pelantara atau pengantar dalam hal media banyak
terdapat batasan rumusan para ahli. Seperti yang di kemukakan oleh Gegne media
adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya
belajar senada dengan pendapat Gerne adalah Brigssi yang mendefinisikan segala
bentuk alat fisik yang dapat menyajikan pesan yang dapat merangsang siswa untuk
belajar. Dari dua definisi ini tampak dua pengertian media mengacu pada
penggunaan alat yang berupa benda untuk membantu proses penyampaian pesan.
Lebih jauh Vermous, sebagai mana di
poleskan oleh Zakiyah Daradjat
menyebutkan bahwa media pendidikan adalah sumber belajar dan dapat juga
di artikan sebagai manusia dan benda atau peristiwa yang membuat kondisi siswa
mungkin memperoleh pengetahuan keterampilan atau sikap.
Nampaknya di beberapa literatur antara
alat dan media pendidikan tidak di bedakan secara jelas. Pada umumnya banyak
yang mengindikasikan bahwa antara alat dan media itu tidak bisa di pisahkan dan
di bedakan secara hitam putih, bahkan cenderung menyamakan dua trem itu. Over
Laring mungkin saja itu terjadi karena perbedaan dalam sudut pandang
penggunaannya. Penulis cenderung tidak membendakan antara alat dan media.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih
menyeluruh mengenai kemungkinan-kemungkinan mempergunakan media yang lain untuk
mempertinggi nilai hubungan edukatif tersebut, kini kita akan lihat berbagai
pengalaman alat dalam tingkatan pengalaman.
a.
Pengalaman melalui benda
sebenarnya
Bila seseorang berkesempatan hidup
sesama dengan benda-benda tertentu sedemikian rupa sehingga dia mengenal segala
aspek yang berhubungan dengan benda itu. Ia akan memiliki pengalaman yang
lengkap tentang benda tersebut. Dengan pengetahuan itu ia sering kali menjadi
seorang ahli pengetahuan adalah nyata, langsung, luas itulah sebabnya dunia ini
dalam keadaan senyatanya adalah tempat belajar yang terbaik segala sesuatu
langsung ditanggapi, diamati, di teliti dan dipahami tugasnya segala sesuatu
yang langsung dipahami.
Sayang bahwa tidak seorang dapat
memiliki segala kesempatan untuk mengalami segala sesuatu di dunia untuk
akhirnya memiliki pengetahuan yang terlengkap. Setiap orang hidup terbatas,
dengan kemampuan yang terbatas untuk menghayati arti dari segala sesuatu yang
terjadi di sekelilingnya. Untuk mengetahui pengetahuan seorang murid agar
dengan pengetahuan itu ia akan menghadapi tuntutan hidupnya, terpaksalah
digunakan benda-benda pengganti.
Tetapi ada kalanya masih juga dapat
diperoleh pengalaman-pengalaman yang langsung dan rill dengan jalan mengadakan
kunjungan-kunjungan khusus, tempat-tempat tertentu di luar lingkungan
(fasilitas sekolah). Cara ini telah dipelajari sebagai metode karyawisata.
Murid dapat m,mengunjungi lapangan terbang, studio TV, perusahaan dan
lain-lain. Yang tak mungkin di bawa di sekolah.
Kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam
mengusahakan pengalaman langsung banyak pada kondisi setempat. Serta pada jenis
tujuhan yang akan dicapai. Kesulitan-kesulitan tersebut banyak yang diatasi
dengan perencanaan yang dibuat dengan seksama benda-benda sebenarnya tidak
dengan dirinya berfungsi sebagai media komunikasi.
b.
Pengalaman Melalui Benda Pengganti
Karena
benda-benda pengganti adalah bukan benda-benda sebenarnya (menurut arti yang
dipakai dalam golongan ini), maka di dalam banyak hal benda-benda pengganti itu
dapat mengemukakan gambaran kenyataan sepenuhnya. Hal ini perlu disadari agar
guru dapat mengambil langkah-langkah tertentu untuk memelihara kebutuhan
pengalaman dan pengetahuan murid.
Benda
pengganti dapat memberi pengalaman yang berfaedah bila murid-murid
berkesempatan melihatnya, berfungsi melalui demonstrasi dan eksperimen. Banyak
yang dapat dicapai oleh guru. Yang dapat dipandang sebagai benda pengganti
adalah contoh (model) baik yang berdimensi tiga maupun berdimensi dua. Diantara
model-model yang merupakan tiruan yang menyerupai benda-benda sebenarnya, ada
yang statis dan ada yang dapat bergerak untuk memperlihatkan bekerjanya suatu
bagian.
c.
Pengalaman Melalui Bahasa
Bentuk yang
akan dijumpai oleh murid adalah bahan tertulis, khususnya buku-buku pelajaran.
Walaupun jenis dan mutu komunikasi akan lebih sempurna dan lebih mudah diperoleh
sebagai kemajuan teknologi, dalam masa yang akan datang, buku-buku pelajaran
tetap memegang peranan yang penting. Pedoman-pedoman yang konkret mengenai
jenis pengetahuan yang perlu diambil dari buku yaitu:
1.
Luas bahan pelajaran
2.
Susunan bahan pelajaran
3.
Ketelitian bahan pelajaran
Dengan
demikian buku pelajaran tidak hanya merupakan pengumpulan pengetahuan, tetapi
akan merupakan medium yang mempunyai kemampuan untuk memotivasikan pembaca
dengan aktif.
2.
Jenis Alat/Media Pendidikan
Dalam menyampaikan pembelajaran
bermacam-macam alat telah diciptakan agar mempermudah murid memahaminya.
Revolusi industri sebagai akibat kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan sejak
abad ke-19 turut mempengaruhi pendidikan.
Alat pendidikan adalah segala sesuatu
yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam pendidikan. Dengan memahami
Al-Qur’an sebagai kitab yang dibaca, berisikan simpul-simpul dan ketentuan
pokok yang mengatur tata kehidupan manusia Al-Qur’an sebagai sumber ilmu
pengetahuan telah melahirkan berbagai disiplin ilmu, yang dilengkapi produk
pikir karya ilmiah para ahli. Para ahli telah mengklasifikasikan alat/media
pendidikan kepada dua bagian yaitu alat pendidikan yang bersifat benda
(materiil) dan pendidikan yang bukan benda (non materiil).
a.
Alat Pendidikan yang Bersifat
Benda.
Menurut Zajkiah Derajat, alat
pendidikan yang berupa benda adalah :
1.
Media tulis, al-Quran, Hadits,
Tauhid, Fiqh, Sejarah.
2.
Benda-benda alam seperti hewan,
manusia, dan tumbuh-tumbuhan dan sebagainya.
3.
Gambar-gambar yang dirancang
seperti grafik .
4.
gambar yang diproyeksikan, seperti
vidio, transparan, dan lain-lain.
5.
Audio recording (alat untuk
mendengar) seperti kaset, tape, radio.
Senada dengan pendapat Zakiah Darazat,
Oemar Hamalik menyebutkan secara umum alat pendidikan secara materiil terdiri
dari.
1.
Bahan-bahan cetakan atau bacaan,
dimana bahan-bahan ini lebih mengutamakan kegiatan membaca atau penggunaan
simbol-simbol kata dan visual
2.
Alat-alat audio visual yakni
alat-alat yang dapat digolongkan pada
-
Alat tanpa proyeksi seperti papan
tulis dan diagram.
-
Media pendidikan tiga dimensi
seperti benda asli peta.
-
Alat pendidikan yang menggunakan
teknik seperti radio, tape recorder, transparansi, in focus, internet.
3.
Sumber-sumber masyarakat, seperti
objek-objek peninggalan sejarah.
4.
Kumpulan benda-benda (material
colektion), seperti dedaunan, benih, batu, dan sebagainya.
Yang termasuk alat pendidikan materi
menurut versi Arif. S. Sadiman adalah media grafis, dengan cara menuangkan
pesan pengajaran simbol-simbol komunikasi visual. Yang termasuk ke dalam media
grafis adalah: gambar, foto, sketsa, bagan, chart, diagram, papan, poster dan
kartun.
Sementara itu, Ronal H. Anderson
menuturkan, yang termasuk media dalam bentuk materi adalah media auditif, di
mana pesan-pesan pengajaran dituangkan dalam lambang-lambang auditif, yang
termasuk media auditif adalah, tape recorder dan radio.
Selain media yang digambarkan di atas, media
proyeksi visual, di mana pesan yang akan disampaikan harus diproyeksikan dengan
proyektor, media ini cukup mahal. Yang termasuk media ini adalah film bingkai,
suatu film transparan yang biasanya dibungkus bingkai, kemudian film bingkai,
di mana gambar pada film bingkai berurutan yang merupakan satu kesatuan,
seterusnya transparan (overhead transpurcmcy), dan yang terakhir adalah
mikrofis, dimana film transparan berisikan lambang-lambang visual yang kecil
yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.
Secara
umum tidak terdapat perbedaan yang berarti tentang alat pendidikan yang
berbentuk benda, perbedaannya hanya terletak pada pemakaian istilah dalam
memformulasikan. Dalam konteks ilmu Pendidikan Islam, M. Arifin menuturkan.
Alat pendidikan harus mengandung nilai-nilai operasional yang mampu
mengantarkan kepada tujuan pendidikan Islam yang sarat dengan nilai-nilai. Alat
pendidikan yang polipragmatis dan monopragmatis, paling tidak mengandung nilai
pedagogis dan bukan merusak.
b.
Alat Pendidikan yang bukan Benda
Selain alat atau media berupa benda
terdapat pula alat atau media yang bukan berupa benda. Di antara alat atau
media pengajaran yang bukan berupa benda itu adalah:
1.
Keteladanan
2.
Perintah atau larangan
3.
Ganjaran dan hukuman.
Ø Keteladanan
Untuk
memenuhi keinginan tersebut Allah SWT mengutus Muhammad menjadi teladan bagi
manusia. Kemudian kita diperintahkan untuk mengikuti Rasul, di antaranya
memberikan teladan yang baik. Untuk menjadi sosok yang diteladani, Allah SWT
memerintahkan kepada manusia selaku khalifah di bumi mengerjakan perintah Allah
SWT dan rasul sebelum mengerjakannya kepada orang yang dipimpinnya. Termasuk
dalam hal ini sosok pendidik yang dapat diteladani oleh anak didik.
Pendidik dalam konteks ilmu pendidikan islam,
berfungsi sebagai warasatul al-Anbiya yang pada hakikatnya mengemban
misi sebagai rahamatan lil ‘alamin, yakni suatu misi yang mengajak
manusia untuk tunduk dan taat kepada hukum-hukum Allah SWT. Menurut al-Ghazali,
seperti yang disitir oleh Fatihah Hasan Sulaiman, terdapat beberapa sifat
penting yang harus dimiliki oleh guru sebagai orang yang diteladani, yaitu:
-
Amanah dan tekun bekerja
-
Bersifat dan lemah lembut dan
kasih sayang terhadap murid
-
Dapat memahami dan berlapang dada
dalam ilmu serta orang-orang yang mengajarkannya.
-
Tidak rakus pada materi.
-
Berpengetahuan luas.
-
Istiqomah dan memegang teguh
prinsip.
Al-Ghazali
juga menambahkan bahwa terdapat beberapa sifat penting yang harus
terinternalisasi dalam diri murid, yaitu:
-
Rendah hati
-
Mensucikan diri dari segala
keburukan
-
Taat dan istiqomah
Dalam hal ini M. Ngalim Purwanto,
mengatakan bahwa dalam berbagai hal dalam pendidikan, keteladanan pendidikan
merupakan alat pendidikan yang sangat penting bahkan yang paling utama.
1.
Perintah dan larangan
Sebagai
seorang muslim diberi oleh Allah SWT tugas dan tanggung jawab yaitu
melaksanakan “amar nahyi munkar”. Amar nahyi munkar merupakan alat dalam
pendidikan. Perintah adalah suatu keharusan untuk berbuat atau melakukan
sesuatu. Tiap-tiap perintah dan pengaturan mengandung norma-norma
kesusilaan, jadi bersifat memberi arah
atau mengandung tujuan ke arah perbuatan susila. Dalam memberikan perintah terdapat beberapa
hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
-
Jangan memberikan perintah kecuali
diperlukan
-
Hendaknya perintah itu dengan
ketetapan hati dan niat yang baik
-
Jangan memerintahkan kedua kalinya
jika perintah pertama belum dilaksanakan
-
Perintah hendaknya benar-benar
dipertimbangkan akan akibatnya
-
Perintah hendaknya bersifat umum,
bukan bersifat khusus
Larangan,
sebenarnya sama saja dengan perintah. Kalau perintah merupakan suatu keharusan
untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat, maka larangan merupakan keharusan untuk
tidak melakukan sesuatu yang merugikan. Di dalam keluarga umumnya larangan itu
merupakan alat mendidik yang banyak dipakai oleh para ibu dan bapak. Namun
demikian baik bagi pendidik maupun bagi orang tua, hendaknya melarang anak itu
sekali saja, sebab anak yang selalu dilarang dalam segala perbuatan dan
permainannya sejak kecil, akan dapat menghambat perkembangan dirinya. Oleh
karena itu larangan itu seharusnya tidak terlalu sering, tetapi pada saat-saat
yang diperlukan saja. Di dalam
Al-Qur’an banyak ayat yang dapat diambil sebagai dasar konsep larangan
sebagai alat. Firman Allah SWT , yang artinya: “Janganlah kamu dekati kejahatan
itu, baik yang terang maupun yang tersembunyi”.
Larangan
mendekati perbuatan tercela berarti pula saran untuk kejahatan itu harus
disingkirkan sebab dalam diri manusia ada fitrah ingin tahu, ingin mencoba. Disinilah letak
peran pendidik, untuk mengarahkan keingintahuan anak pada hal-hal yang negatif
dengan jalan memberikan pengertian dan kesadaran.
2.
Ganjaran dan Hukuman
Ganjaran itu
ialah sesuatu yang menyenangkan yang dijadikan sebagai hadiah bagi anak yang berprestasi
baik dalam belajar, dalam sikap perilaku.
Ganjaran itu dapat dilakukan oleh pendidik dengan cara bermacam-macam
antara lain:
-
Guru mengangguk-anggukkan kepala
tanda senang dan membiarkan suatu jawaban yang diberikan oleh seorang anak.
-
Guru memberikan kata-kata yang
menggembirakan (pujian)
-
Guru memberikan benda-benda yang
menyenangkan dan berguna bagi anak-anak dan sebagainya.
Dalam islam
hukuman disebut dengan iqab. Abdur Rahman An-nahrawi menyebutnya dengan
“tarhib” yang berarti ancaman atau intimidasi melalui hukuman karena
melakukan sesuatu yang dilarang. Sementara Amir Daien Indra Kusunat,
mendefinisikan bahwa hukuman sebagai tindakan yang dijatuhkan kepada anak
secara sadar dan sengaja sehingga menimbulkan nestapa, sehingga anak akan menjadi
sadar dan berjanji tidak akan mengulanginya. Dengan demikian dipahami bahwa
hukuman diberikan karena ada pelanggaran sedangkan tujuan pemberian hukuman
adalah agar tidak terjadi pelanggaran secara berulang.
Di bidang
pendidikan , hukuman itu dilaksanakan karena dua hal, yaitu:
-
Hukuman diadakan karena ada
pelanggaran. Adanya kesalahan yang diperbuat (puniture quina peccatum est)
-
Hukuman diadakan dengan tujuan
agar tidak terjadi pelanggaran (puniture nepeccatur).
Asam Hasan
Fahmi menjelaskan tentang ciri-ciri hukuman dalam perspektif pendidikan islam yakni:
-
Hukuman diberikan untuk memperoleh
kebaikan dan pengarahan
-
Memberikan kesempatan kepada anak
memperbaiki kesalahannya sebelum dipukul anak yang belum berusia 10 tahun tidak
boleh dipukul, kalaupun dipukul tidak boleh lebih dari tiga kali.
-
Pendidik harus tegas dalam
melaksanakan hukuman, artinya sikap keras pendidik telah dianggap perlu maka
harus dilaksanakan dari sikap lunak dan kasih sayang.
Kalau kita
perhatikan uraian di atas pada ganjaran dan hukuman itu keduanya terdapat
prinsip yang saling bertentangan, yaitu kalau ganjaran diberikan atas
perbuatan-perbuatan atau hal-hal yang baik.
3.
Tujuan dan Alat
Sistem pendidikan Islam terjalin secara
inheren; tidak ada pertentangan antar komponennya. Alat berhubungan secara
organis dengan tujuan: hukum yang berlaku padanya mengikuti hukum yang berlaku
pada tujuan. Apabila suatu tujuan bernilai wajib, dan apabila tujuan itu tidak
bisa dicapai tanpa suatu alat, maka alat itu bernilai wajib pula untuk
digunakan. Kaidah ushul fiqih menyatakan:
مَا لاَ يَتِمُّ اْلوَاجِبُ ِالاَ بِهِ
فَهُوِ وَاجِبٌ
Dalam pendidikan Islam, tujuan bernilai
suci. Berdasarkan prinsip inherensi, maka alat yang digunakan untuk mencapainya
hendaknya bernilai suci pula. Kaidah ushul fiqih menyatakan:
ِللْوَسَائِلِ حُكْمُ اْلمَقَاصِد
Alat mempunyai nilai yang sejalan
dengan nilai tujuan.
Untuk menanamkan keimanan dan menyeru
ke jalan Allah, umpamanya, penggunaan paksaan dan kekerasan sebagai alat tidak
dibenarkan. Hal itu bertentangan dengan prinsip yang dinyatakan Allah di dalam
firman-Nya, "Tidak ada paksaan dalam beragama" (Q.S. al-Baqarah/2:256)
dan "Panggillah-ke jalan Tuhanmu dengan ' hikmah dan ajaran yang
baik." (Q.s. al-Nahl16:12,5). Demikian pula, untuk mengembangkan perasaan
seni pada pelajar tidak boleh digunakan musik, nyanyian, dan gambar-gambar
cabul yang kegila-gilaan. Prinsip ini berbeda dengan pandangan yang mengatakan bahwa
tujuan menghalalkan segala cara.
Suatu contoh dapat di kemukakan bahwa
Nabi SAW Tidak menggunakan kata-kata vulgar (kasar) atau tidak senonoh ketika
menerangkan cara wanita bersuci dari haid. Dalam hadis yang diriwayatkan
Al-Bukhari di kemukakan sebagai berikut:
عَنْ عَائِسَةَ
أَنَّ امْرَأةً سَأَلتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ غُسْلِهَا
مِنَ اْلمَحِيْضِ فَأَمَرَهَا كَيْفَ تَغْتَسِلُ قَالَ "خُذِيْ فُرْصَةً مِن
مِسْكٍ فَتَطَهِّرِي بِهَا." قَالَتْ : كَيْفَ أَتَطَهَّرُ؟ قَالَ : تَطَهِّرِي
بِهَا. قَالَتْ: كَيْفَ؟ قَالَ: سُبْحَانَ اللهِ تَطَهِّرِي. فَاجْتَبَذْتُهَا إِلَيَّ
فَقُلْتُ تَبْتَغِيْ بِهَا أَثَرَ االدَّمِّ.
Artinya: “Diriwayatkan dari Aisyah bahwa
seorang wanita bertanya kepada Nabi SAW tentang
cara ia bersuci dari haid; lalu, beliau menyuruhnya bagaimana ia
bersuci. Beliau
bersabda: “Ambillah sedikit kapas yang dibubuhi wewangian, kemudian
bersuhulah
dengannya.” Wanita itu bertanya: Bagaimana saya bersuci”? beliau
menjawab,
“bersucilah dengannya.” Wanita itu bertanya
lagi, “Bagaimana?” beliau bersabda
heran: “Maha suci Allah SWT bersucilah”, kemudian aku (Aisyah) menarik
wanita itu
dan kukatakan kepadanya, “bersihkan tempat darah itu dengannya.”
Ahmad D. Marimba mengemukakan bahwa
di lihat dari fungsinya, alat-alat pendidikan di bagi menjadi tiga jenis yaitu
sebagai perlengkapan, sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan, dan
sebagai tujuan.
1.
Alat sebagai perlengkapan.
Keberadaan alat ini tidak mutlak. Artinya, tanpa perlengkapan ini pun, masih
bisa tercapai
2.
Alat sebagai pembantu mempermudah
usaha tujuan. Di tinjau dari pandangan yang lebih dinamis, alat merupakan
pembantu untuk mempermudah terlaksananya proses nampaknya lain.
4. Radio, Televisi
dan film dalam pendidikan
Penggunaan tiga alat ini dalam
pendidikan sudah makin meluas, karena di samping bernilai edukatif dan
informatif, juga bernilai hiburan, Penyajian bahan pelajaran dan pendidikan
dengan tiga alat ini memerlukan biaya banyak dan, karenanya, tidak dapat di
buat banyak. Oleh sebab itu, pembuatan dan penyusunan acara-acaranya hendaknya
dipersiapkan benar-benar. Perkembangan jiwa pemirsa dan penonton hendaknya di
pertimbangkan. Acara-acara yang diperuntukkan bagi orang dewasa hendaknya tidak
disiarkan dan di tayangkan pada waktu anak-anak masih terjaga. Nilai hiburan,
hendaknya tidak mengalahkan nilai edukatif dan informatif.
a.
Peranan Radio dalam Kegiatan
Pendidikan
Adapun peranan media siaran radio dalam
aplikasi teknologi pendidikan dimanfaatkan pada empat proyek kegiatan belajar
yang menurut W. Schramm (Big media, Little Media, 1977) diarahkan pada
kegiatan pembaharuan dalam pendidikan, pemanfaatan media dalam perluasan
sekolah, dan pemanfaatan untuk kegiatan pendidikan nonformal.
Peranan media radio dalam kegiatan belajar-mengajar
bisa berperan bisa berperan sebagai suatu kegiatan yang mandiri, atau
melengkapi media utama lainnya, ataupun sebagai media utama yang dibantu dengan
media-media lainnya atau bersama-sama dengan media lainnya. Peranan media radio
dalam SBJJ (Sistem Belajar Jarak Jauh) adalah sebagai salah satu media
penunjang terhadap media utama, yaitu modul, serta bekerja sama dengan media
lainnya.
Sebenarnya tidak ada satu media pun
yang tidak mempunyai kelemahan, dan sebaliknya tidak ada satu media pun yang
mempunyai kemampuan dalam semua hal. Secara khusus media radio mempunyai
kelebihan dalam membangkitkan kreativitas mitra, dalam pengaruh pembentukan
perasaan dan impresi seseorang, dan dalam rangsangan daya imajinasi.
Beberapa hal mengenai kelemahan media
siaran radio adalah:
1.
Pendengar mempunyai pilihan untuk
kemungkinan mendengarkan terus atau mematikan pesawat penerima, hal ini akan
bergantung pada perhatian pendengar terhadap suatu program siaran.
2.
Daya ingatan manusia tidak bisa
menangkap terlalu banyak informasi dalam satu waktu sehingga waktu siaran untuk
satu program harus dibatasi tidak terlalu lama.
3.
Radio merupakan alat komunikasi
satu arah sehingga materi siaran harus sederhana untuk bisa dimengerti oleh
kebanyakan pendengar.
4.
Kecepatan penyajian pesan harus
sesuai dengan kecepatan daya tangkap pendengar.
5.
Segala arti dan pengertian
disampaikan melalui saluran pendengaran (suara).
6.
Kebanyakan kita belajar melalui
saluran penglihatan atau visual. Radio harus bisa memvisualkan sesuatu dalam
bentuk suara-suara.
7.
Setiap pendengar beranggapan hanya
berkomunikasi dengan pesawat radio. Oleh karenanya, radio harus berbicara
dengan seseorang secara individual.
8.
Ada beberapa hambatan dan rintangan
!ain secara teknis mekanis, bahasa, dan noise dalam proses mendengarkan
melalui radio.
(Tekhnology
Pendidikan, 1987, Harun Nasotioan,
CV. Jemmars, Bandung)
b.
Keefektifan Siaran Radio dalam
Penyampaian Pesan
1.
Materi siaran radio Pendidikan
Keefektifan
siaran radio pendidikan di antaranya bisa ditentukan oleh kualitas materinya
yang dipergunakan. Kualitas ini bergantung pada pengembangannya dalam mengatasi
permasalahan aspek-aspek belajarnya.
Untuk
mencapai tujuan pendidikan melalui media siaran radio, terlebih dahulu kita harus
meneliti dan menganalisis keadaan sasaran. Analisis ini akan mengarahkan
penetapan tujuan instruksional, pemanfaatan kegiatan belajar-mengajar, dan
penelitian terhadap pencapaian hasil proses kegiatan belajar-mengajar.
2.
Prinsip-prinsip belajar melalui
media radio
a)
Program siaran harus membangkitkan
minat sasaran agar mau mempelajari materi yang disampaikan.
b)
Pemilihan topik harus relevan
dengan keinginan dan kebutuhan sasaran dari segi pentingnya atau kegunaannya.
c)
Materi harus disajikan menurut
urutan yang logis dari awal sampai akhir siaran.
d)
Penyajian bahan melalui satu cara
akan mudah dalam pelaksanaan programnya, tetapi akan sukar dalam memungkinkan
pemartisipasian sasaran secara aktif.
e)
Materi yang disajikan secara
ceramah saja akan mengurangi antusiasme pendengar. Maka, agar antusiasme
pendengar tinggi/ materi harus disajikan secara lebih hidup untuk memungkinkan
partisipasi mereka.
f)
Supaya informasi yang disampaikan
mempunyai daya serap yang kuat bagi pendengar, informasi harus disampaikan
melalui "rasa pemandangan" pendengar secara bebas.
g)
Penekanan (reinforcement) suatu
pesan sangat penting untuk membuat daya serap yang kuat.
h)
Kecerdasan, perasaan, dan
imajinasi pendengar harus dijadikan dasar atau tekanan utama dalam penyusunan
materi supaya sasaran mendapat kepuasan dalam pencapaian hasil belajarnya.
3.
Karakteristik sasaran pendengar
a)
Kebutuhan sasaran (need).
b)
Tingkatan Pengetahuan (knowledge)
c)
Sikap (Attitude)
d)
Tingkah laku (behaviour)
4.
Faktor-faktor yang melandasi
kegiatan komunikasi instruksional melalui siaran radio.
Faktor-faktor
pertimbangan untuk menentukan perencanaan dan bentuk kegiatan komunikasi
instruksional, menurut W. Schramm, didasari oleh tiga pertimbangan kegiatan
dengan cara: Pertama, menganalisis kebutuhan dan permasalahan yang ada pada
sasaran; kedua, penentuan media yang dipergunakan dengan cara
menganalisis keefektifan dan kecocokan serta kemudahan penggunaannya; dan ketiga,
pertimbangan ekonomi (cost) atas analisis pemanfaatan sumber-sumber dengan
biaya yang dikeluarkan. Ketiga faktor ini pada perencanaannya saling
mempengaruhi secara intensif.
5.
Kemampuan media siaran radio dalam
kegiatan instruksional.
Ada tiga macam kode simbol yang biasa dipergunakan dalam kegiatan instruksional:
simbol ikonik, simbol digital, dan simbol analog. Kegiatan instruksional siaran
radio mampu menyajikan simbol-simbol informasi dan simbol-simbol digital serta
simbol analog, bahkan radio vision mampu menyajikan ketiga bentuk simbol
tersebut di atas.
c.
Pengelolaan Siaran Radio dalam
Kegiatan Pendidikan
Manajemen atau pengelolaan adalah proses
kegiatan yang untuk mengarahkan dan mengontrol koordinasi pelaksanaan, dengan
cara menentukan langkah-langkah, tanggung jawab, dan jadwal kegiatan pada
setiap penggunaan sumber-sumber untuk melaksanakan fungsi pengembangan, serta
dilaksanakan dengan pendekatan yang sistematis.
Fungsi pengelolaan siaran radio dalam
kegiatan instruksional diarahkan kepada pengelolaan kegiatan pengembangan media
siaran radio bagi SBJJ. Fungsinya adalah untuk mendukung media utama dalam program
SBJJ, yaitu modul.
Kegiatan pengembangan media siaran
radio ini mencakup kegiatan pengembangan perencanaan program, pengembangan produksi
media siaran, pengembangan implementasi. Semua kegiatan ini merupakan pendekatan
yang harus dilakukan dalam pengelolaan atau manajemen pengembangannya.
(Pendidikan Islam dan
Pendidikan Nasional, 2005, Departemen
5.
Ruang dan Waktu
Pertimbangan terhadap ruang Bisa
didasarkan atas luas tidaknya ruangan, bisa pula atas letak geografisnya.
Pendidikan yang dilangsungkan di dalam kelas, umpamanya, bisa berbeda dengan
yang dilangsungkan di lapangan terbuka.
Demikian pula pendidikan di pedesaan bisa berbeda dengan pendidikan di
perkotaan.
Persoalan waktu hendaknya menjadi
perhatian pendidik pula dalam memilih alat. Di waktu siang, ketika udara terasa
panas, pelajaran yang menguras pikiran tidak tepat untuk diberikan. Pelajaran
sejarah tampaknya lebih tepat untuk diberikan, apalagi jika guru mengajarkannya
dengan bercerita. Persoalan waktu dalam pendidikan telah menjadi perhatian Nabi
SAW dan para sahabat.
Dalam hadits yang diriwayatkan al-Bukhari diceritakan:
'Abdullah (bin Mas 'ud) biasa mengajari
kepada orang banyak di setiap hari Kamis. Seseorang berkata kepadanya,
"Wahai Abu 'Abdurrahman, sungguh aku suka apabila engkau mengajari kami
setiap hari. "Dia menjawab, "Yang menghalangi aku untuk berbuat
demikian ialah bahwa aku tidak ingin membuat kalian merasa bosan, dan
sesungguhnya aku memilih waktu untuk mengajari kalian, sebagaimana Nabi SAW
memilih waktu untuk mengajari kami karena khawatir membuat merasa
bosan." \
Secara khusus, dalam pemilihan media
instruksional, prosedurnya yang tepat mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1.
Tujuan pengajaran
2.
Isi atau materi pelajaran
3.
Struktur kurikuler
4.
Karakteristik murid
5.
Kondisi belajar
6.
Satu atau kombinasi dari beberapa
jenis media
Tujuan pengajaran, umpamanya, memahami
cara melaksanakan shalat. Isi atau materi pelajaran ialah cara melaksanakan
shalat. Dalam struktur kurikuler, materi ini bisa masuk dalam bidang studi
ibadah dalam bahasan pokok shalat tentang rukun dan sunat shalat. Murid umpamanya,
kelas I Tsanawiyah, dalam kelompok kecil (satu kelas) di masjid. Media yang
diperlukan antara lain gambar orang yang
sedang melaksanakan shalat, sajadah, kopiah, mukena (rukuh), dan sarung.
Perkembangan teknologi yang cepat
dewasa ini sangat membantu menciptakan berbagai macam alat pendidikan mulai
dari Alat yang sederhana sampai kepada yang kompleks. Satu hal yang perlu diperhatikan
oleh pendidik adalah hendaknya tidak membuat atau menggunakan alat baik berupa gambar, film, dan lainnya
tentang Allah SWT dan Nabi SAW.
6.
Pengaruh Alat/Media dalam
Pendidikan Islam
Di dalam pendidikan Islam, alat/media
itu jelas diperlukan. Sebab alat pengajaran itu mempunyai peranan yang besar
yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan.
' /
Terdapat pendapat beberapa ahli
pendidikan mengenai manfaat atau kegunaan dari alat/media ini dalam pendidikan
atau dalam proses belajar mengajar Yusuf Hadi Miarso dkk. menyatakan bahwa
alat/media itu mempunyai nilaI-nilai praktis yang berupa kemampuan antara lain
:
1.
Membuat konkret konsep yang
abstrak,
2.
Membawa obyek yang sukar didapat
ke dalam lingkungan belajar siswa,
3.
Menampilkan obyek yang terlalu
besar,
4.
Menampilkan obyek yang tak dapat
diamati dengan mata telanjang,
5.
Mengamati gerakan yang terlalu
cepat,
6.
Memungkinkan keseragaman
pengamatan dan persepsi bagi pengalaman belajar siswa,
7.
Membangkitkan motivasi belajar,
dan
8.
Menyajikan informasi belajar secara
konsisten dan dapat diulang maupun di samping menurut kebutuhan.
(Pendidikan Islam dan Pendidikan
Nasional,2005, Departemen Agama, Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama
Islam)
Sementara itu Abu Bakar Muhammad, juga
berpendapat bahwa kegunaan alat/media itu antara lain adalah:
1.
Mampu mengatasi
kesulitan-kesulitan dan memperjelas materi pelajaran yang sulit
2.
Mampu mempermudah pemahaman, dan
menjadikan pelajaran lebih hidup dan menarik,
3.
Merangsang anak untuk bekerja dan
menggerakkan naluri kecintaan menelaah (belajar) dan menimbulkan kemauan keras
untuk mempelajari sesuatu
4.
Membantu pembentukan kebiasaan,
melahirkan pendapat, memperhatikan dan memikirkan suatu pelajaran
5.
Menimbulkan kekuatan perhatian
(ingatan) mempertajam, indera, melatihnya, memperhalus perasaan dan cepat
belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Winarno,1976, Methodology
Pengajaran Nasional, CV. Jemmars, Bandung.
Yulis, Rama, 2002, Ilmu
Pendidikan Islam, Klam Mulia Jakarta.
Departemen Agama, Pendidikan
Islam dan Pendidikan Nasional,2005,Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama
Islam, JAKARTA.
Nasotioan, Harun,
1987, Tekhnology Pendidikan, CV. Jemmars, Bandung.
wah bagus nih artikelnya! Terimakasih
BalasHapus